Aljazair Galang Kekuatan untuk Batalkan Keanggotaan Israel di Uni Afrika
Senin, 02 Agustus 2021, 11:29 WIB
BisnisNews.id - Aljazair secara resmi mulai membentuk Blok Afrika untuk menghadang keanggotaan negara zionis Israel di Uni Afrika. Sebelumnya, Aljazair juga mengutuk keputusan Uni Afrika untuk memberikan status pengamat kepada Israel di organisasi Pan-Afrika itu.
Media massa online Rai Al-Youm melaporkan Afrika Selatan, Tunisia, Eritrea, Senegal, Tanzania, Niger, Kepulauan Qamar, Gabon, Nigeria, Zimbabwe, Liberia, dan Seychelles semuanya telah menyetujui keputusan tersebut.
Dilansir dari Wafa News, Ahad (1/8), Rai Al-Youm menulis Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra akan membahas keanggotaan Israel di Uni Afrika. Isu itu yang akan diangkat Ramtane Lamamra dalam lawatannya ke Tunisia, Ethiopia, Sudan, dan Mesir dalam waktu dekat.
Ramtane Lamamra menekankan, langkah-langkah diplomatik ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap keanggotaan Israel di Uni Afrika sebagai anggota pengamat, keanggotaan yang disebut sebagai perkembangan yang telah dikerjakan para diplomat Israel selama bertahun-tahun.
Ramtane Lamamra juga mencatat, Israel sebelumnya memperoleh keanggotaan sebagai pengamat di Organisasi Persatuan Afrika. Namun, pada 2002, keanggotaan itu diambil kembali dari rezim ketika Uni Afrika menggantikan Organisasi Persatuan Afrika. Selain Aljazair, negara Afrika Selatan dan Namibia juga menolak keputusan Ketua Uni Afrika Félix Tshisekedi dengan mengatakan bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi.
Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada 22 Juli bahwa Adamsu Alali, Duta Besar Israel untuk Addis Ababa telah menyerahkan kredensialnya sebagai anggota pengamat Uni Afrika.
Sementara itu, dilansir dari The Cable dan The Times of Israel, dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Aljazair menyebutkan keputusan Uni Afrika menerima Israel sebagai anggota dengan status pengamat sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai, prinsip, dan tujuan Undang-Undang Konstitutif Uni Afrika.
”Keputusan itu tidak memiliki panggilan atau kapasitas untuk melegitimasi praktik dan perilaku pengamat baru tersebut yang sama sekali tidak sesuai dengan nilai, prinsip, dan tujuan yang diabadikan dalam Undang-Undang Konstitutif Uni Afrika. Keputusan Presiden Komisi Uni Afrika baru-baru ini untuk menyambut pengamat baru (Israel) yang berada di bawah hak prerogatif administratifnya tidak akan mengubah dukungan aktif dan konstan dari organisasi kontinental untuk tujuan Palestina yang adil,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Aljazair.
Untuk diketahui, 22 Juni 2021 lalu Israel memperoleh status pengamat di Uni Afrika yang telah diperjuangkannya selama bertahun-tahun. Diterimanya Israel sebagai anggota Uni Afrika menjadi buah kemenangan diplomatik negara Yahudi itu.
Israel yang memelihara hubungan dengan 46 negara di Afrika kini memiliki status pengamat dalam Organisasi Persatuan Afrika (OAU) hingga transformasinya menjadi Uni Afrika pada 2002. Sedangkan ”wilayah Palestina” sendiri sudah menikmati status pengamat ini di Uni Afrika, di mana ia memiliki dukungan yang signifikan, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina.
Sementara Aljazair sejak menjadi negara yang merdeka telah memperjuangkan ’hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri’ khususnya bagi rakyat Palestina. Dan Aljazair tidak pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, yang disebutnya sebagai ’entitas Zionis.’
Sementara normalisasi hubungan diplomatik baru-baru ini antara Maroko dan Israel, adalah ”imbalan” atas pengakuan Amerika Serikat atas kedaulatan Maroko di Sahara Barat, namun mendapat kecaman Aljazair, yang menyebutnya sebagai ’manuver asing.’
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan diterimanya kembali Israel sebagai anggota Uni Afrika merupakan tonggak pencapaian Kementerian Luar Negeri yang dipimpinnya. ”Ini adalah hari perayaan untuk hubungan Israel-Afrika. Pencapaian diplomatik ini merupakan hasil dari upaya Kementerian Luar Negeri, Divisi Afrika, dan kedutaan besar Israel di benua itu,” kata Yair Lapid. (ind)