Jasa Marga Dan Gurita Bisnis Yang Berhasil Dikembangkan
Sabtu, 06 Maret 2021, 17:32 WIB
BisnisNews.id -- Beroperasinya Tol TransJawa telah membuat peta bisnis dan persaingan usaha logistik nasional khususnya lintas Jawa makin bergairah. Tol yang membentang dari Banten di barat sampai Surabaya Jawa Timur membuat perjalanan kendaraan darat baik angkutan penumpang atau barang makin cepat, lancar dan harga bersaing.
Tol TransJawa dibangun beberapa BUMN, seperti PT Jasa Marga, Hutama Karya, Wijaya Karya dan beberapa perusahaan swasta terbukti telah memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan yang lebih enak, cepat dan nyaman. Meski diakui, porsi Jasa Marga paling banyak dibandang badan usaha jalan tol (BUJT) lainnya.
Tahun 2021, tepatnya 1 Maret lalu PT Jasa Marga.Tbk genap berusia 43 tahun. Suka duka telah dilalui dan banyak sektor usaha yang tercipta menyertai pengoperasian jalan bebas hambatan di Tanah Air itu. Sebagai BUMN, Jasa Marga bukan hanya melayani masyarakat, tapi juga ikut mendorong dan membina dunia usaha khususnya UMKM tetap bertahan di tengah hantaman badai krisis bahkan pandemi Covid-19 setahun terakhir.
Pembangunan ruas Tol TransJawa termasuk oleh PT Jasa Marga sejak proyek sampai dioperasikan telah menyerapkan ribuan tenaga kerja yang hampir semua orang Indonesia sendiri. Banyak lapangan kerja baru tercipta seiring dengan pembangunan proyek sampai beroperasikan jalan tol sepanjang lebih dari 800 Km (dari Jakarta Surabaya). Jika dihitung mulai Merak sampai Malang dan Pasuruan tentu akan lebih panjang lagi.
Nilai investasi juga mencapai ratusan triliun Rupiah. Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, total investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek Tol TransJawa cukup besar. Untuk menyambungkan ruas tol dari Pejagan (Jateng) hingga Pasuruan (Jatim) sepanjang 626,75 kilometer, total biaya investasi yang dibutuhkan mencapai Rp67,94 triliun.
Untuk biaya pembebasan lahan proyek tersebut menyentuh angka Rp5,9 triliun. Artinya, rata-rata biaya investasi yang dibutuhkan untuk setiap 1 kilometer jalan dibangun mencapai Rp108,4 miliar, di luar biaya pembebasan lahan. (https://www.cnbcindonesia.com/news/2019)
Meski diakui, pengoperasian jalan tol ada pula dampak negatif yang menyertainya. Misalnya, sejak beroperasinya tol TransJawa maka bisnis restoran, hotel, losmen, penginapan bahkan jasa penyewaaan toilte dan kamar mandi serta tambal ban di sepanjang jalur Pantura Jawa khususnya Jabar menjadi mati suri. Kasus serupa juga terjadi di jalur lintas Sumatera bahkan daerah lain yang telah dilalui jalur tol akan menghadapi permasalahan serupa.
Tapi masalah ini tidak serta merta salahnya jalan Tol TransJawa. Pada prinispnya, dunia makin berkembang dan tantangan serta dinamika dunia usaha juga terus berubah. Yang penting, bagaimana kita termasuk Pemerintah dan Pemda serta dunia usaha harus menyikapinya.
Peluang usaha akan selalu ada. Bahkan di negara yang dilanda perang sekalipun, kebutuhan dan bisnis itu tetap jalan walau potensinya tak sebesar di negara yang aman dan damai.
Proyek investasi di jalan tol siapapun operatornya telah berkontribusi pada perekonomian nasional. Dana investasi mulai konstruksi sampai beroperasinya jalan tol cukup besar kontribusinya ke perekonomian nasional. Proyek infrastruktur itu telah mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru khususnya di sekitar proyek.
Dinamika Usaha Logistik
Supply Chain Indonesia (SCI) menyebutkan, sektor logistik cenderung menunjukkan tren positif selama 2020, kendati Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan atau logistik mengalami kontraksi sebesar minus 13,42 persen pada Triwulan IV/2020 (y-o-y).
Chairman SCI Setijadi menyatakan kontraksi sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) itu terjadi akibat kontraksi pada beberapa lapangan usaha lainnya, seperti industri pengolahan (-3,14 persen), perdagangan (-3,64 persen), konstruksi (-5,67 persen), serta pertambangan dan penggalian (-1,20 persen).
Sementara, lapangan usaha yang tumbuh positif adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan 2,59 persen). Walaupun sektor logistik pada periode itu terkontraksi, tetapi justru terjadi kecenderungan positif. Pada Triwulan II dan III, laju pertumbuhan transportasi dan pergudangan berturut-turut sebesar minus 30,80 dan minus 16,71 persen.
Namun sektor logistik mengalami kecenderungan pertumbuhan karena permintaan jasa logistik dalam negeri. Misalnya, jasa transportasi untuk pengiriman tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran) yang relatif stabil bahkan mengalami peningkatan(Setjadi,BisnisNews.10/2/2021).
Sejak beroperasinya Tol TransJawa, usaha angkutan logistik tetap bergerak. Di Indonesia, khususnya Jawa da Sumatera, moda share angkutan barang sekitar 95% tetap menggunakan truk. Dan mereka sebagian besar melaju di jalan tol, dengan berbagai alasan dan kelebihan dibandingkan jalur lainnya
Sejak merebaknya Covid-19, dan dilakukan pembatasan adalah pergerakan orang, maka yang terdampak langsung adalah angkutan penumpang khususnya bus AKAP dan juga KA. Namun angkutan barang baik melalui jalan darat atau kereta api di Jawa dan Sumatera naik. Sementara, kapal laut untuk tujuan luar Jawa atau ekspor tetap lebih dominan.
Sejak sebelum pandemi, beberapa Perusahan Otobus (PO) nasional ramai-ramai membuka trayek baru yang melayani jalur tol mulai dari Terminal Pulogebang Jakarta sampai Surabaya. Memang volume penumang menurun, karena ada pembatasan orang dan ketentuan protokol kesehatan yang ketat.
Bus AKAP TransJawa ini memang sempat berhenti atau keluar tol di beberapa kota untuk menurunkan penumpang. Tapi, perjalanan dan waktu tempuh jauh lebih cepat dibandingkan trayek bus AKAP yang melalui jalan arteri nasional. Belum lagi, jika ditambah dengan resiko lain termasuk dampak gangguan keamanan dan kemacetan di jalur arteri, tentu pelaku usaha logistik tetap memilih lewat jalur tol.
Dengan beroperasinya trayek Bus TransJawa (melalui jalan tol), maka warga masyarakat yang akan bepergian lintas Jawa bisa naik bus AKAP yang berjalan setiap jam sekali. Sebelumnya, pilihan masyarakat hanya naik KA atau naik pesawat terbang yang nota bene jauh lebih mahal. Kini, ada bus AKAP yang melalui jaan tol bahkan jasa travel atau carter seperti Grab Car dan GoCar juga tumbuh menjamur dimana-mana.
Kini perjalanan darat melalui ruas tol TransJawa jauh lebih cepat. Dengan asumsi perjalanan normal, maka tak sampai sehari sudah sampai tujuan. Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani saat peresmian Tol TransJawa mengatakan, waktu tempuh Jakarta-Surabaya dan sebaliknya bakal terpangkas signifikan berkat adanya Tol TransJawa.
Saat ini jika melalui jalan raya nasional perjalanan Jakarta- Surabaya bisa mencapai 20 jam. Namun, bila perjalanan darat dengan menggunakan jalan tol, perjalanan bisa ditempuh kurang dari 15 jam. Waktu tempuh menjadi lebih singkat berkat adanya Tol Trans Jawa.
"Idealnya Jakarta-Surabaya 10 sampai dengan 12 jam. Dari Jakarta sampai ke Kota Surabaya sekitar 800 Km, kalau dipacu dengan kecepatan 100 Km per jam mungkin hanya 8 jam. Tapi tetap perlu beristirahat pengendara agar safety. Jadi, bisa 10 sampai 12 jam paling lama. (Desy Arriyani, (https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4391683).
Kemudahan dan pelayanan ekstra melalui jalan tol ini juga dirasakan pelaku usaha UKM asal Salatiga Jawa Tengah. Fuad Anwari, pemilik brand Singkong Keju AB Plus kini melayani pemesanan antar provinisi seperi Jakarta, Depok, Tangerang, Bandung dan sekitarnya.
Dalam waktu kurang dari 10 jam, pesanan Singkong Keju AB Plus sudah sampai ke alamat. "Habis Maghrib jalan, maka jam 06.00 bahkan Subuh sudah sampai Jakarta. Singkong Keju ini termasuk makanan basah dan tak boleh lama-lama di luar freezer atau tempat pendingin. Oleh karenanya, butuh kecepatan waktu serta kepastian sampai di konsumen. Jika tidak, kualitas barang akan rusak dan harga jatuh," kilah pelaku UKM muda ini.
Ali Lientang Travel, pelaku usaha travel yang berbasis Kab Sematrang/ Salatiga juga sangat diuntungkan dengan keberadaan Tol TransJawa ini. Setiap hari, dia mengoperasikan 2-3 kendaraan baik angkutan penumpang atau barang tujuan Jakarta PP. Sejak beroperasinya Tol TransJawa, kita bisa menjamin 7-8 jam sampai tujuan.
"Trend masyarakat saat ini butuh jasa angkutan baik penumpang atau barang yang cepat, enak, nyaman dan tepat waktu. Selain itu, diantar sampai depan rumah. Oleh karena itu, pilihan armada yang dioperasikan juga kendaraan medium dan kecil, sehingga bisa menjangkau sampai ke ujung gang sekalipun," kata Ali optimistis.
Memang persaingan antar travel bahkan antar modal seperti KA bahkan pesawat terbang kian berat. Tapi, tidak semua orang mampu membeli layanan ekstra mahal itu. "Disini kami pelaku usaha travel masih tetap eksis dan bisa membidik pelanggan. Kita melayani dengan harga bersaingan bahkan diantar sampai depan pintu," kata Ali berpromosi.
Jasa Marga Terus Karya
Sejak beroperasi tahun 80-an sampai di usia 43 tahun, Jasa Marga Group terus berkarya membangun negeri. Jasa Marga berfokus menyeimbangkan dalam memperkuat kondisi perusahaan di tengah pandemi covid-19 dengan mengupayakan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan.
Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur mengatakan pihaknya tetap berkomitmen terus menambah konsesi jalan tol yang dimiliki, dengan tetap memperhatikan tingkat kelayakan investasi untuk menjaga keberlangsungan usaha.
Salah satunya dengan menjadi pemrakarsa untuk proyek Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap dengan nilai investasi sebesar Rp57,59 triliun dan proyek Jalan Tol Akses Patimban sebesar Rp7,53 triliun berdasarkan market sounding BPJT.
Pada tahun 2021, emiten berkode saham JSMR di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp7,75 triliun di 2021. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk induk beserta anak usahanya.
Alokasi capex JSMR akan digunakan untuk pengembangan lini bisnis jalan tol, sisanya akan digunakan sebagai pengeluaran belanja modal untuk pemenuhan Standard Pelayanan Minimum (SPM) yang meliputi sarana penunjang jalan tol, sarana penunjang operasi jalan tol, pemeliharaan periodik, dan peningkatan kapasitas.(BisnisNews.1/2/2021).
Kontribusi Jasa Marga dalam pembangunan ekonomi nasional bukan hanya untuk pekerja organik dan sektor ikutannya di usaha inti Jalan Tol itu. Tapi, BUMN ini juga membina ribuan UMKM di seuruh Indonesia.
Jasa Marga juga tengah mengembangkan aplikasi untuk memantau perkembangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi mitra binaan. Aplikasi ini, diharapkan bisa mendorong peningkatan kualitas 27.893 pelaku UMKM mitra binaan Jasa Marga.
Aplikasi yang dikembangkan merupakan karya karyawan Jasa Marga, yang telah lulus dalam crash program pilot project. Program ini dirancang untuk karyawan operasional Jasa Marga, dengan mengikuti kelas foundation of programming selama kurang lebih satu bulan, tahun 2020 lalu.
Program ini merupakan inisiatif Jasa Marga untuk meningkatkan kapabilitas karyawan Jasa Marga Group dalam bidang programming dan coding. Sementara, prioritas karyawan yang mengikuti program ini merupakan para petugas operasional yang pekerjaannya terkena disrupsi oleh teknologi digital. Lima karyawan lulusan terbaik crash program pilot project yang dibantu dengan unit lain di Jasa Marga, terlibat dalam pengembangan aplikasi untuk memantau kinerja pelaku UMKM mitra binaan perseroan.***(iskandar helmi)