Jelang New Normal, Dishub Salatiga Jateng Usulkan Pengendalian Demand Angkutan Sekolah
Senin, 15 Juni 2020, 08:18 WIB
BisnisNews.id -- Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) mengusulkan agar kebijakan Pemerintah di masa new normal nanti mengakomodir kepentingan dam adalah lokal di daerah. Apalagi, kondisi lokal berbeda-beda, sementara kita semua komit mendukung upaya Pemerintah mencegah dan memutus mata rantai penularan Covid-19.
"Apa yang sudah dilakukan selama PSBB sampai sekarang, harus dijaga dan ditingkatkan. Jangan sampai semua yang kita capai kini justru menjadi sia-sia, apalagi sampai terjadi lonjakan kasus covid-19 yang kedua kalinya," kata M.Sidqon Effendy, S.SiT, MT saat menjadi pada webinar "Transportasi Berkeselamatan dan Berkesehatan di Era New Normal," yang dihelat DPP IKAALL STTD, kemarin.
Menurutnya, menjelang era new normal nanti kita semua harus tetap mengarusutamakan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Dan tentunya tetap fokus menggunakan angkutan umum. Tapi, seperti diketahui bersama, kepercayaan masyarakat dan animo menggunakan angkutan umum turun selama pemberlakukan PSBB.
Baca Juga
MUDIK LEBARAN
Kemenhub Beri Penghargaan Berbagai Pihak Pendukung Mudik 2022
KELOMPOK CIPAYUNG
Kapolri Berharap Rumah Kebangsaan Jadi Wadah Menjaga Persatuan
MACHINE LEARNING
Inovasi Mahasiswa UPER Dukung Digitalisasi Industri Migas
Disisi lain, menurut Sidqon, Pemerintah harus tetap memfasilitasi dan menyediakan angkutan umum sesuai amanat UU No.22/2009 tentang LLAJ. Sementara, pengusaha angkutan umum pada prinsipnya hanya merupakan kepanjangan tangan Pemerintah dalam melayani mobilitas warganya.
"Saat ini, load factor angkutan umum termasuk di Kota Salatiga sangat rendah. Tapi, saat new normal dan anak-anak kembali ke sekolah dan beajar normal, hampir bisa dipastikan kapasitas angkutan umum tidak akan cukup, karena harus diberlakukan maksimal 50% kapasitas," kata Sidqon saat dikonfirmasi BisnisNews.id.
Menurutnya, di Kota Salatiga ada beberapa sekolah SD, SMP, SMA dan SMK serta PT/ Akademi. Tercatat ada 40.973 orang pelajar di kota berhawa sejuk ini. Jumlah itu meliputi SD 16.912 orang, SMP sebanyak 10.097 orang, SMA sebanyak 4.462 orang, SMK sebanyak 9.024 orang, SLB sebanyak 478 orang.
Sementara, mahasiswa di Kota Salatiga sekitar 12.000 orang. Mereka berasa dari tiga kampus utama, yaitu UKSW Salatiga, IAIN Salatiga, AMA Salatiga, STIMK dan lainnya. Mereka aktif belajar di Salatiga dan sebagian besar adalah pengguna angkutan umum, termasuk bus AKAP sampai ke Angkota termasuk Ojol.
Dikatakan, sebelum PSBB pelajar dan mahasiswa di kota Salatiga yang setiap hari rutin melakukan perjalanan ke sekolah/ kampus. Antisipasi haeus secepatnya dilakukan menjelang saat new normal dan kembali masuk sekolah nanti.
"Mereka itulah salah satu kelompok masyarakat yang harus dilindungi dari bahaya covid-19 di sektor transportasi publik," kilah Sidqon lagi.
Jika ada pembatasan kapasitas sampai 50%-80%, menurut alumni STTD Bekasi itu, pada jam sibuk di pagi hari mereka tidak akan tertampung oleh angkutan umum yang ada di Kota Salatiga atau mungkin juga sekolah lain di Tanah Air.
Kendalikan Demand
Untuk mengatasi masalah ini, Dishub Salatiga mengusulkan untuk mengendalikan demand angkutan anak sekolah dengan rencana penerapan TDM (transport demand management).
"Salah satu caranya dengan shifting atau bergantian waktu masuk sekolah yang akan dibedakan berdasar zona atau kelas sekolah. Tapi, masalah ini perlu dikaji terlebih dahulu, sesuai kondisi dan kearifan lokal yang ada," papar Sidqon.
Dengan teknik itu, aku alumni SMAN 2 Salatiga itu, diharapkan tidak terjadi desak-desakan di halte, di Angkot dan juga di gerbang sekolah. Kita sudah koordinasikan dengan pihak Disdik dan sangat mendukung, sehingga akan bisa dilakukan kajian lebih detail bersama pemangku kepentingan lainnya.
"Jadi bukan hanya kapasitas dan operasional angkutan umum yang di kendalikan, tetapi demand juga kita kendalikan. Dengan begitu, era new normal nanti diharapkan bisa berjalan lebih baik, dan aspek keselmatan dan kesehatan bisa diaplikasikan secara optimal," tegas Sidqon.(helmi)