Pasukan Rusia Dicurigai Melakukan Pembunuhan Massal Warga Sipil
Senin, 04 April 2022, 11:29 WIB
BisnisNews.id - Khabar mengerikan, baru-baru ini ditemukan adanya dugaan aksi pembunuhan massal di Bucha oleh Rusia.
Di kota yang berada sekitar 37 km dari ibu kota Ukraina, Kyiv itu, ditemukan ratusan mayat warga sipil yang bergelimpangan di jalan-jalan
Adanya mayat yang diperkirakan jumlahnya 300 mayat itu barui diketahui setelah pasukan Ukraina menguasai kembali kota itu pekan lalu.
Korban terdiri dari pria dan wanita dengan umur yang berbeda-beda.
Wali Kota Bucha Anatoly Fedoruk, sperti dilansir dari CNBC Indonesia mengatakan, pemakaman besar-besaran sudah dilakukan ke sebagian besar korban.
" Di Bucha kami telah mengubur 280 orang di kuburan massal," katanya dikutip Al Jazeera, mengatakan korban rata-rata ditembak.
Ia mengaku masih ada 22 mayat yang belum dievakuasi. Itu karena ada kemungkinan mayat-mayat tersebut sudah dipasangi jebakan oleh pasukan Rusia.
Fedoruk mengklaim Rusia sengaja menargetkan warga sipil. "Pada dasarnya pembantaian warga sipil," ujarnya lagi dikutip koresponden media Qatar itu.
Hal sama juga dikatakan Kementerian Pertahanan Ukraina. Bahkan, badan itu meyakini hal lebih ngeri akan ditemukan di kota lain.
Dalam pernyataan terbarunya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut peristiwa Bucha adalah genosida yang dilakukan Rusia. Ini diutarakannya dalam wawancara dengan CBS News malam waktu setempat.
"Memang. Ini genosida," tegasnya.
"Penghapusan seluruh bangsa, dan orang-orang. Kami adalah warga Ukraina. Kami memiliki lebih dari 100 kebangsaan. Ini tentang penghancuran dan pemusnahan semua kebangsaan ini," katanya lagi.
Bucha merupakan daerah pertempuran sengit antara tentara Ukraina dan Rusia. Selain Bucha, Ukraina juga dilaporkan berhasil merebut kota lain seperti Brovary yang letaknya sekitar 20 kilometer dari Kyiv.
Sementara itu, Rusia membantah tuduhan bahwa pasukannya membunuh warga sipil di Bucha. Moskow mengatakan tidak ada penduduk yang menderita akibat kekerasan dari pasukan Rusia dan menuduh pemerintah Ukraina melakukan apa yang disebutnya sebagai provokasi yang dibuat-buat untuk media Barat.(*/Ari)
Sumber: CNBC Indonesia