Pesan Ali Khamenei kepada Presiden Terpilih : Jangan Pernah Percayai Barat
Kamis, 29 Juli 2021, 12:59 WIB
BisnisNews.id - Jelang pelantikan Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi pada 14 Agustus bulan depan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Raisi agar tidak menaruh kepercayaan dalam negosiasi dengan Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Al Arabiya dan France 24, Khamenei menilai bahwa pihak Barat (AS dan sekutunya -Red) telah melanggar komitmen dengan Presiden Hassan Rouhani yang sebentar lagi akan digantikan Ebrahim Raisi.
”Orang lain (Raisi - Red) harus menggunakan pengalaman pemerintahan Tuan Rouhani. Salah satu pengalamannya adalah tidak mempercayai Barat. Dalam pemerintahan ini menjadi jelas bahwa mempercayai Barat tidak akan membantu. Mereka tidak membantu dan mereka menyerang di mana pun mereka bisa. Ketika mereka tidak melakukannya, itu karena mereka tidak bisa,” tegas Khamenei yang disampaikan di akun resmi twitternya, @khamenei_ir.
Dilanjutkan Khamenei, pemerintahan Iran yang dipimpin Raisi nanti harus menghindari membuat rencana bernegosiasi dengan Barat. Hal tersebut terkait pendekatan Washington untuk bernegosiasi dalam program nuklir Iran menjelang pelantikan Presiden terpilih Ebrahim Raisi.
”Administrasi harus benar-benar menghindari mengikat rencana mereka untuk negosiasi dengan Barat, karena mereka pasti akan gagal. Pemerintahan ini juga, ketika bergantung pada negosiasi dengan Barat & AS, mereka tidak berhasil, dan ketika mereka mengandalkan potensi domestik, mereka berhasil,” papar Khamenei.
Ia menambahkan, Washington telah membuat janji tertulis untuk menghapus sanksi berdasarkan kesepakatan nuklir 2015, tetapi kemudian mengabaikan komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan tersebut. ”Barat dan AS benar-benar tidak adil dan jahat dalam negosiasi mereka. Mereka sama sekali tidak ragu melanggar komitmen mereka. Dalam perjanjian sebelumnya, mereka melanggar komitmen mereka & mereka tidak memberikan jaminan bahwa mereka akan mematuhi komitmen mereka di masa depan juga,” papar Khamenei.
Khamenei juga menyinggung janji AS yang akan menghapus sanksi terhadap Iran, namun sanksi terus dijalankan terhadap Iran. ”Dalam pembicaraan nuklir baru-baru ini, Amerika dengan tegas bersikeras pada sikap keras kepala mereka. Saat membuat janji di atas kertas, mereka mengatakan akan menghapus sanksi, tetapi dalam praktiknya tidak dan tidak akan. Kemudian mereka mengatakan artikel baru harus ditambahkan ke kesepakatan yang sudah ada,” tandas Khamenei.
Sebagai sekutu dekat Khamenei, Raisi diharapkan memiliki pendekatan garis keras pada AS daripada pendahulunya, yakni Hassan Rouhani yang cenderung moderat. Raisi sebelumnya mengisyaratkan dirinya terbuka untuk memulai kembali perjanjian nuklir dengan AS yang macet, yang membatasi pengayaan uranium Iran, namun dengan syarat AS menepati janjinya termasuk mencabut sanksi terhadap Teheran.
Namun, ”sinyal” yang disampaikan Raisi langsung terpatahkan dengan pernyataan Khamenei itu. tampaknya menyerukan pendekatan yang lebih konfrontatif untuk menyelesaikan kebuntuan diplomatik dengan AS. Terkait pernyataan Khamenei itu, Departemen Luar Negeri AS belum mengeluarkan tanggapannya.
Untuk diketahui saat 2018 lalu, Donald Trump sebagai presiden secara sepihak menarik AS keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). AS juga menjatuhkan sanksi baru, bahkan ketika pengawas nuklir internasional mengakui Iran telah mempertahankan komitmen berdasarkan kesepakatan itu. Kubu ultrakonservatif Iran yang sangat tidak mempercayai AS, telah berulang kali mengkritik Rouhani atas kesepakatannya dengan AS pada 2015 yang kemudian dilanggar AS sepihak pada 2018 itu.
Pelanggaran perjanjian itu membuat marah Teheran, yang kemudian mulai meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya, mengingat AS tidak menghormati komitmennya sendiri berdasarkan perjanjian itu. Awal Juli ini, Iran mengumumkan Teheran dapat memperkaya uranium hingga 90 persen, atau hampir 25 kali lebih besar dari tingkat yang ditetapkan dalam JCPOA.
Israel Sebut Ebrahim Raisi ”Tukang Jagal Teheran”
Terpilihnya Ebrahim Raisi sebagai Presiden Iran dalam Pemilu 19 Juni 2021, dan akan dilantik pada 14 Agustus 2021 membuat musuh-musuh Iran ”belingsatan” , diantaranya negara zionis Israel. Bahkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut Raisi adalah Presiden Iran yang paling ekstrem. Di akun twitternya, Lior Haiat menyebut Raisi sebagai ”Tukang Jagal Teheran”, yang mengacu pada eksekusi massal ribuan tahanan politik pada tahun 1988.
Raisi sendiri adalah satu dari empat hakim, yang dikenal sebagai ”komite kematian”, yang diduga menghukum mati sekitar 5 ribu pria dan wanita tahanan politik. Bahkan Amnesty International menyebut lebih dari 30 ribu orang tewas dieksekusi, jumlah yang juga dirujuk oleh kelompok hak asasi manusia di Iran.
Lior Haiat juga juga memberi peringatan, bahwa Raisi akan meningkatkan aktivitas nuklir Iran dan mengatakan kalau Raisi sebagai tokoh ekstremis, yang berkomitmen pada program nuklir militer Iran yang berkembang pesat. (indra)