Rusia akan Gandeng AS, UE, dan PBB Selesaikan Konflik Israel - Palestina
Kamis, 06 Mei 2021, 18:12 WIB
BisnisNews.id - Ketegangan yang terus meningkat di Yerusalem Timur dan Jalur Gaza, terlebih pihak Israel yang melarang digelarnya Pemilu Legislatif di Palestina membuat Rusia ikut angkat bicara. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov turut menyampaikan keprihatinan negaranya melihat situasi tersebut.
Dilansir dari Middle East Monitor, Menlu Rusia Sergei Lavrov mendesak pihak Palestina dan Israel saling menahan diri dan segera menghentikan kekerasan di kawasan tersebut. Apalagi Pemilu Legislatif di Palestina akan digelar pada 22 Mei mendatang. Hal itu disampaikan Lavrov usai bertemu dengan Menlu Palestina Riyadh al-Maliki. ”Kami meyakini perlunya de-eskalasi lebih awal yang akan menjadi kepentingan Palestina dan Israel,” kata Lavrov.
Disebutkan Lavrov pula, negaranya sedang bekerja untuk mengintensifkan penyelesaian bersama Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan PBB terkait konflik Palestina-Israel. Diungkapkannya pula, rencana penyelesaian bersama AS, UE, dan PBB dihidupkan kembali setelah Joe Biden menjabat sebagai Presiden AS. Ia pun menuturkan, pihaknya mendukung gagasan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengadakan konferensi internasional terkait pemukiman Palestina-Israel.
Sementara itu Maliki mengatakan, bahwa satu negara tidak bisa menjadi satu-satunya mediator dalam masalah pemukiman Palestina-Israel, bahkan yang berpengaruh, dengan merujuk pada AS dimana sebelumnya Presiden Donald Trump memperlihatkan sikap yang sangat mendukung Israel. Karena itu, menurut Maliki, penyelesaian bersama dengan melibatkan Rusia, UE, AS, dan PBB sangat perlu. ”Dan peran Rusia di sini sangat fundamental dan utama,” tandasnya.
Sementara itu, ketegangan yang terus naik antara Israel dan Palestina terus saja memakan korban. Dilansir dari Al Arabiya, kali ini tentara Zionist Israel menembak mati seorang remaja Palestina berusia 16 tahun pada Rabu malam (5/5/2021) waktu setempat. Selain itu, remaja lain warga Palestina yang tertembak pada punggung masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Pihak militer Israel sendiri mengatakan serdadunya terpaksa melepaskan tembakan ke arah warga Palestina yang sedang melemparkan bom molotov ke arah mereka di dekat desa Palestina di Desa Beita, di selatan Nablus. Saat ini militer Israel terus mencari orang-orang bersenjata Palestina di kawasan tersebut yang melepaskan tembakan pada hari Minggu (2/5/2021) lalu yang mengakibatkan satu orang Israel tewas dan melukai lainnya.
Bukan hanya itu, berbagai bentrokan juga terjadi di kawasan Tepi Barat dan Yerusalem selama bulan Ramadhan ini antara pihak militer Israel dan warga Palestina. Situasi bertambah panas lantaran warga pemukim Israel dari kelompok sayap kanan ekstrim Yahudi juga membakar lahan pertanian warga Palestina dan menyerang rumah-rumah warga Palestina di Desa Burin Tepi Barat, dekat Nablus.
Menurut pejabat Palestina yang bertanggung jawab atas portofolio permukiman di Tepi Barat utara Ghassan Douglas menyebutkan kalau para para pemukim Yahudi membakar sebidang besar lahan pertanian di bagian timur kota dan menyerang tiga rumah. Ia menambahkan para penyerang berasal dari permukiman Har Bracha, permukiman kolonial ilegal yang dihuni pemukim Yahudi sayap kanan yang ekstrim.
Yang membuat pihak Palestina berang, para pelaku penyerangan jarang dimintai pertanggungjawaban oleh pihak Israel. Berbagai penyerangan itu tampaknya terorganisir dan dibiarkan oleh aparat Israel.
Sementara para pemukim Israel mendirikan pos ilegal di Beita, desa di selatan Nablus.
Ghassan mengatakan para pemukim Israel mengambil keuntungan dari penutupan yang diberlakukan militer Israel di daerah pedesaan selatan Nablus untuk mendirikan sejumlah rumah mobil di puncak Jabal Sbeih (Gunung Sbeih) pasca penembakan di mana saat itu tiga orang Israel terluka. Namun hingga saat ini belum ada kelompok Palestina yang mengklaim penembakan itu.
Untuk diketahui, Nablus dikelilingi lebih dari 40 pemukiman Israel plus pos terdepan militer Israel, sedangkan para pemukim dari hari ke hari terus merambah lahan milik warga Palestina untuk memperluas pemukiman illegal. Saat ini sudah lebih dari 600 ribu orang pemukim Yahudi yang menempati di lebih dari 250 pemukiman ilegal di Tepi Barat yang juga diduduki Israel secara ilegal.
Padahal sesuai hukum internasional, kawasan Tepi Barat dan Yerusalem Timur adalah wilayah Palestina. (ibe)