TBS JICT Dikeluhkan, Trucking dan Eksportir Saling Menyalahkan, Berimbas Biaya Logistik
Selasa, 28 Maret 2023, 06:01 WIB
BISNISNEWS.id - Implementasi pelayanan melalui aplikasi Terminal Booking System' (TBS) oleh Jakarta Internasional Countainer Terminal (JICT) di Pelabuhan Utama Tanjung Priok menuai protes karena dinilai merugikan pengusaha trucking dan eksportir yang berimbas tingginya biaya logistik.
Banyak truk yang sudah siap masuk terminal ekspor harus menunggu satu hari di luar terminal karena tidak mendapatkan kuota pelayan alias pelayanan penuh.
Ketua Umum Assosiasi Pengusaha Trucking Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, tujuan JICT menerapkan TBS untuk memaksimalkan alat produksinya.
Namun, ungkap Tarigan, maksimalnya alat produksi JICT berimbas pada penurunan produktivitas trucking, pendapatan pengusaha angkutan jalan raya ini menurun, terpangkas dengan sistem pelayanan TBS.
" Kami dukung JICT memaksimalkan alat produksinya, tapi jangan memangkas produktivitas kami," kata Tarigan.
Dikatakan, pihaknya sudah berusaha mengkomunikasikan dengan pihak JICT, terkait permasalahan tersebut, namun sampai saat ini belum ada jawaban.
" Sebelumnya truk angkutan kontainer berisi barang ekspor lancar langsung bisa masuk ke terminal dan dikapalkan, tapi sekarang
tidak bisa lagi. Harus booking terlebih dahulu melalui aplikasi Terminal Booking System, yang kuotanya dibatasi 200 unit truk," kata Tarigan.
Kalau sudah melebihi kuota, lanjut Tarigan, pendaftaran ditolak harus menunggu dua jam berikutnya, sehingga truk yang sudah membawa kontainer ekspor harus mencari tempat parkir, sambil menunggu ada kesempatan masuk.
" Ini memang masih ujicoba, tapi kami sudah dirugikan, karena seringkali, angkutan kami harus menunggu esok hari, atau pagi sekali sesuai kuota agar bisa masuk," jelas Tarigan.
Dia juga menjelaskan, Pas Booking saat dilakukan pendaftaran muncul OTP kode rahasia. Waktu hanya satu menit harus eksekusi.
" Padahal kordinasi butuh banyak waktu. Satu menit tidak cukup. Karena, ekportir booking ke PPJK. PPJK booking ke pengurus truking. Bayangkan, ketika kontainer dan truk booking dalam jumlah besar perlu banyak waktu melototin terus kode OTP," jelasnya.
Wakil Ketua Umum Aptrindo bidang Angkutan Kepelabuhanan Gagan Gartika Eryana menambahkan para pengusaha truk dipusingkan dengan birokrasi pelayanan yang ada di JICT
" PPJK mulai berkeluh kesah.
eksportir belum pada tahu, Sosialisasi masih terbatas.
JICT memaksakan implementasi TBS," tutur Gagan kesal.
Dampaknya, kata Gagan, para pengusaha saling menyalahkan akibat adanya keterlambatan. " Kami kena denda. Karena keterlambatan akibat sistem tersebut membuat kami gagal mengantarkan barang ekspor. Dampak yang muncul adalah demurage, penambahan biaya storage, finalty SPPB, finalty SP2.
Siapa yang bayar? Kami lagi yang kena," ungkap Gagan.
Pada sisi lain Gagan juga menegaskan, dengan penerapan TBS di JICT, pelaku usaha saling curiga dan saling adu otot, menyalahkan.
" Pengusaha Truk Vs PPJK.
PPJK Vs importir - eksportir.
Bisa saling berantem," tegasnya
Pengusaha logistik, lanjutnya mengalami masalah besar, yakni membengkaknya biaya. " Setiap booking selalu full. Slot tidak tersedia.
Booking hari ini sore jam 18.00.
Baru dapat slot esok hari jam 8.00 pagi. Slot hanya 200 kontainer per dua jam. Slot berikutnya masih full," jelasnya.
Kata Gagan. sekarang tinggal menunggu waktu mengamuknya pelaku usaha angkutan ekspor dan pemilik barang.
Dia mengilustrasikan, truk yang sudah menggendong kontainer ekspor, harusbmenggu Seharian bahkan 24 jam.
"Sekarang tidak bisa cepat-cepat bongkar. JICT telah menjadi penguasa baru dengan TBS nya," tuding Gagan, dengan wajah kesal. " Lagi-lagi truk jadi sasaran amuk pemilik barang, padahal masalahnya ada di terminal," tambahnya.(Syam)