Ginnalyn Soriano, 21, melihat mayat kakak laki-lakinya, Julius, 24, yang dibawa pergi setelah eksekusi. Tubuhnya menunjukkan tanda-tanda bahwa tangannya telah diikat sebelum dia ditembak saat operasi polisi di Caloocan, daerah Metro Manila, sebagai bagian dari perang melawan narkoba.
Remy Fernandez, 84, memegang cucunya, RJ, di pintu depan rumahnya yang dibangun di samping tempat pembuangan sampah di Payatas, Metro Manila. Dia membesarkan tujuh cucu karena anaknya, Constantino de Juan, seorang pengguna narkoba, terbunuh oleh pria bertopeng. Ibu anak-anak dipenjara karena biaya pengobatan. RJ sendiri lahir di penjara. Pembunuh bertopeng memasuki pintu rumah mereka dan menembak anaknya. Polisi menolak tuduhan kelompok hak asasi manusia bahwa itu adalah pembunuh bayaran.
Tujuh anak Constantino de Juan duduk di sofa yang terdapat lubang peluru tembakan untuk ayah mereka. Juan sedang menyiapkan makan malam pada hari ulang tahun putrinya saat dia terbunuh.
John 'Toto' Dela Cruz, 16 merupakan korban perang obat-obatan terlarang. Pembunuh bertopeng menariknya keluar dari rumah di Navotas, Metro Manila. Ia tinggal bersama pasangannya yang berusia 15 tahun, Jasmin Dorana, sebelum ditembak empat kali di kepala dan dada di teras.
Dorana memegang bayinya, Hazel, yang baru lahir sebulan sebelum Dela Cruz terbunuh
Lebih dari seperlima populasi di Filipina hidup di bawah garis kemiskinan. Negara Katolik yang ketat ini memiliki tingkat kelahiran tertinggi di Asia Tenggara. Lebih dari 65 persen wanita tidak menggunakan kontrasepsi modern. Di kota-kota kumuh sekitar Manila, kemiskinan sudah tertanam
Rosita Opiasa, 59, rumahnya di kota kumuh di Pasar Navotas. Putranya, Jayson Rivera, 32, tewas dalam perang narkoba. Dia masih mendukung Duterte, yang jarang ada terjadi di Market 3. Foto Rivera bisa dilihat di latar belakang foto. Opiasa mengelola toko kecil, menjual rokok atau berbagai botol sampo dan deterjen kecil karena pelanggannya tidak mampu membeli ukuran yang lebih besar.
Ginnalyn Soriano menangis tersedu-sedu di depan Orly Fernandez, manajer dirumah pemakaman Eusebio, saat dia mengisi dokumen yang dibutuhkan setelah kematian saudaranya Julius
Roland Obletes, 30, dan saudaranya Mario diizinkan keluar dari penjara untuk mengucapkan selamat tinggal pada saudara mereka, Junmar Abletes, yang dibunuh oleh orang-orang tak dikenal yang mengenakan topeng dan kerudung hitam. Mereka berdua dipenjara atas pelanggaran terkait narkoba
Roda, 29, telah ditinggalkan untuk merawat enam anak, setelah suaminya, Crisanto, pemulung sampah di tempat pembuangan Payatas, terbunuh. Roda tidak bisa bekerja karena mengalami infeksi ulkus di pahanya dan juga harus merawat anak-anak. Anak-anaknya yang lebih tua menjual pisang goreng dan makanan lainnya di jalan untuk menghasilkan sedikit uang
Sara dulu tinggal di tenda, namun sekarang tidur di kandang ayam tua di Navotas. Dia dulu tinggal dengan suaminya, Kulot, di kota kumuh Market 3, tapi Kulot terbunuh karena dia adalah pengguna methamphetamine. Sara miskin, jadi tubuh Kulot terbaring di kamar jenazah lebih dari 25 hari sebelum akhirnya dikebumikan di kuburan massal.
Mary Grace Llimit, mengenakan kemeja pink, di pemakaman Katolik Novatas. Anak perempuannya yang berusia 16 tahun, Liezel, terbunuh di samping pacarnya. Otopsi Liezel menunjukkan bahwa dia hamil tiga bulan. Mary Grace sedang bekerja di Singapura saat menerima kabar kematian putrinya. Liezel ditembak delapan kali, empat ke kepala, membuatnya tidak bisa dikenali lagi, kata ibunya.
Sekelompok anak-anak mengendus lem di sudut jalan di Payatas, tempat orang mencari nafkah melalui sampah untuk bahan daur ulang. Masyarakat telah kehilangan keluarganya karena pembunuhan di luar hukum, dan mengendus lem bisa menyebabkan hukuman mati
