52 Hari Militer Myanmar Berkuasa, 320 Warga Sipil Tewas
Jumat, 26 Maret 2021, 18:43 WIB
Bisnis News.id - Kudeta militer yang dilancarkan terhadap pemerintahan yang sah di Myanmar pada 1 Februari 2021 lalu, setidaknya telah menewaskan 320 warga sipil dibunuh aparat militer.
Bahkan dari jumlah itu, 20 orang lebih diantara mereka yang tewas adalah anak-anak. Sedangkan ribuan warga sipil yang menentang kudeta militer ditahan di bebagai penjara di penjuru Myanmar.
Seperti dikutip dari Reuters, CNN, dan berbagai sumber lain menyebutkan, kelompok advokasi dan media lokal menyatakan lebih dari 300 orang tewas selama protes anti kudeta militer Myanmar, yang mana 90 persen korban tewas akibat luka tembak aparat.
Tindakan biadab aparat militer Myanmar memicu kemarahan dan penjatuhan sanksi dari negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
”Kejahatan terhadap kemanusiaan itu dilakukan setiap hari di Myanmar,” begitu pernyataan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) yang juga mencatat jumlah korban tewas hingga 25 Maret 2021 mencapai 320 kematian, dan hampir 3 ribu orang telah ditangkap dan ditahan.
Data AAPP juga menunjukkan bahwa setidaknya 25 persen atau 80 orang dari mereka yang terbunuh akibat tembakan di kepala. Hal ini menimbulkan dugaan kalau mereka sengaja dibunuh. Penyebab kematian lainnya akibat luka tembak pada tubuh, serangan maut yang terdiri dari penyiksaan, luka akibat tusukan senjata tajam, dan akibat ditabrak mobil aparat.
”Semuanya menunjukan adanya pasukan yang mengadopsi taktik penembakan untuk menekan protes,” kata Amnesty International pada awal Maret lalu.
Dari data AAPP terungkap, kalau 90 persen atau 288 orang korban tewas adalah laki-laki, sekitar 36 persen atau 115 orang berusia 24 tahun ke bawah. Usia korban tewas termuda adalah anak-anak berusia 7 tahun dengan luka tembak pada perut, sedangkan korban tewas tertua berusia 78 tahun. Rentang usia maksimum untuk angka kematian pria adalah 18 hingga 24 tahun, diikuti oleh rentang usia 25 hingga 34 tahun, dan rentang usia 35 hingga 44 tahun.
AAPP juga menyebutkan, korban termuda bernama Khin Myo Chit berusia tujuh tahun yang ditembak mati di rumahnya di Mandalay pada hari Selasa sore (25/3/2021) lalu.
Saat kejadian, aparat militer Myanmar menggeledah rumah Khin Myo Chit yang mencurigai ayah korban sebagai aktivis anti junta militer.
Sehari sebelumnya, remaja berusia 14 tahun bernama Tun Tun Aung juga tewas ditembak aparat militer Myanmar di rumahnya yang juga di Mandalay.
Sedangkan korban tertua bernama Win Kyi, 78, ia tewas bersama 50 orang lain saat penyebuan aparat militer Myanmar pada Minggu (14/3/2021) di distrik Hlaing Thayar Yangon.
Namun junta militer Myanmar membantah penggunaan kekerasan yang berlebihan, dan mengatakan bahwa tindakan mereka telah memenuhi norma hukum internasional dalam menghadapi situasi yang disebut junta militer sebagai ancaman bagi keamanan nasional. (Ibe)