Amin Rais : Waspadai Proyek OBOR China
Rabu, 17 Mei 2017, 16:38 WIBBisnisnews.id-Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN) Amin Rais mengatakan, upaya Presiden Joko Widodo menggiring China berinvestasi dan mengucurkan pinjaman ke Indonesia patut diwaspadai. Dengan kekuatan ekonominya dan dukungan militer, sekarang ini China telah mendesain bagaimana menjadi pemegang global supremasi.
"Sekarang ini karena kekuatan ekonomi dan militer, maka bisa dimaklumi China menginginkan menguasai dunia," kata Amin Rais.
Menurut mantan Ketua MPR RI Amin Rais, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi poros maritim, maka ungkapan itu patut dicurigai. "Belakangan saya melihat, bahwa Indonesia ke depan akan menjadi jalan sutera dimana Indonesia akan memiliki posisi penting bagi China," kata Amin, Selasa (16/5/2017) dalam seminar tentang 'Stop Reklamasi Teluk Jakarta' di Gedung DPR/MPR RI Senayan Jakarta.
.Amin menuturkan, perlunya mewaspadai kehadiran investasi China di Indonesia dalam program One Belt One Road (OBOR) seperti yang diinginkan Presiden Jokowi. Bagi negara tirai bambu yang berpenduduk 1,5 miliar, posisi Indonesia sangat strategis.
"China ini sudah kepanasan, jumlah penduduknya telah mencapai 1,5 miliar sehingga pasti akan mencari tempat tinggal lain. Indonesia menjadi salah satu tempat yang dipilih untuk menjadi tempat tinggal," jelasnya.
Indikasi ke arah sana, kata Amin terlihat sejak awal pada proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Ini adalah proyek misterius. "Mungkinkan kita menyerahkan sebagian dari tanah air kita kepada China?" kata Amin.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN Hanafi Rais mengatakan konsep One Belt One Road (OBOR) ini sama dengan membiarkan Indonesia dicaplok China secara terang-terangan.
Hanafi mengingatkan, perlunya mewaspadai secara dini kehadiran investasi China di Indonesia. "Kita harus jeli jangan sampai kita dibuai dengan narasi-narasi infrastruktur yang pada akhirnya menjerat bangsa kita," kata Hanafi.
"Kalau hanya memandang program OBOR China dari sisi ekonomi, kata Hanafi, mungkin memang ada keuntungan. Tetapi hati-hati ada kepentingan China di dalamnya yang lebih besar terhadap Indonesia."
Berbagai macam pengamat telah mengatakan bahwa OBOR ini akan berkembang sampai ke perluasan jalur militer. Bukan hanya kekuatan ekonomi.
"Bisa jadi nanti yang akan maju adalah militer China-nya. Kalau sampai militer China masuk Indonesia, maka akan menjadi bahaya besar," jelas Hanafi.
BACA JUGA: Indonesia - China Sepakat Tingkatkan Kerjasama OBOR
OBOR juga menjadi topik perdebatan di China, dengan sebagian menganggap proyek tersebut mengandung resiko tinggi, sebagian lagi memandang sebagai kesempatan emas.
Gubernur bank sentral China, Zhou Xiaochuan termasuk yang memperingatkan bahwa ketergantungan pada pinjaman murah ini menimbulkan risiko dan masalah, dimulai dengan bahaya moral dan ketidakberlanjutan. Sebelumnya Venezuela telah berutang 65 milyar dolar ke China dan sekarang negaranya terkoyak krisis
Di Indonesia sendiri dikatakan, CDB telah menawarkan pinjaman konsesi 40 tahun, tanpa meminta jaminan hutang pemerintah, untuk membiayai 75 persen proyek Kereta Api Bandung-Bandung, dikutip dari berita internasional Business Standard.
Pinjaman tersebut memiliki tenggang waktu 10 tahun. Porsi 60 persen didenominasi dalam dolar AS dengan suku bunga 2 persen, dan 40 persen sisanya dihitung dengan yuan China, dengan tingkat bunga 3,4 persen, menurut catatan Bank of China International.
OBOR dianggap sebagai kesempatan emas, terbukti 47 dari 102 konglomerat di China berpartisipasi dalam 1.676 proyek Belt and Road, menurut statistik pemerintah.
China Communications Construction Group sendiri dikatakan telah membukukan kontrak senilai 40 miliar dolar untuk membangun 10.320 kilometer jalan, 95 pelabuhan dalam laut, 10 bandara, 152 jembatan dan 2.080 perkeretaapian di negara-negara yang terlibat OBOR.
Resiko bukan hanya ditanggung oleh bank-bank di China, namun juga oleh negara peminjam itu sendiri.
Laos, salah satu negara termiskin di Asia, mendapatkan pembiayaan 7 miliar dolar untuk rel kereta China-Laos, melebihi setengah produk domestik bruto tahun 2015. Pinjaman konsesi dari EXIM ditetapkan di bawah bunga 3 persen.
Di Pakistan, di mana China berjanji menginvestasikan hingga 56 miliar dolar untuk infrastruktur kereta api, jalan dan energi, hutang dan pembayaran lainnya di Belt and Road akan mencapai puncaknya sekitar 5 miliar dolar pada 2022, menurut kepala ekonom pemerintah Pakistan.(Balqi/ Syam S)