FIFA Akhirnya Rilis Laporan Tuduhan Korupsi
Rabu, 28 Juni 2017, 10:36 WIBBisnisnews.id - FIFA pada hari Selasa (27/6/2017) merilis sebuah laporan yang telah lama dirahasiakan mengenai tuduhan korupsi terkait keputusan tuan rumah Piala Dunia 2022 kepada Qatar.
Badan sepak bola dunia sebelumnya menolak menerbitkan laporan setebal 400 halaman yang memutuskan memberi Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar tahun 2022, yang kasusnya diangkat penyelidik independen AS, Michael Garcia.
FIFA terpaksa merilis karena tabloid Jerman, Bild mengatakan telah memperoleh laporan lengkap dan merilisnya pada hari Senin (26/6/2017), termasuk transfer 2 juta dollar kepada seorang anak perempuan berusia 10 tahun dari satu anggota FIFA.
FIFA mengatakan bahwa pihaknya telah mempertimbangkan untuk merilis temuan Garcia secara penuh sebelum diungkapkan ke media.
"Namun karena dokumen tersebut telah dibocorkan secara ilegal ke sebuah surat kabar Jerman, ketua panitia telah meminta laporan lengkap segera dipublikasikan untuk menghindari diseminasi informasi yang menyesatkan," jelas FIFA di situsnya.
"Demi transparansi, FIFA menyambut baik bahwa laporan ini akhirnya dipublikasikan."
Garcia telah mengundurkan diri sebagai kepala badan investigasi FIFA pada bulan Desember 2014 karena menurutnya FIFA merilis ringkasan 40 halaman tentang laporannya secara tidak lengkap dan keliru.
Laporan lengkap tersebut menyebutkan adanya serangkaian transaksi keuangan yang dicurigai termasuk uang 2 juta dolar yang diduga dikirim oleh konsultan untuk Qatar, Sandro Rosell, kepada putri pejabat FIFA berusia 10 tahun.
Pembayaran tersebut dijelaskan oleh rekan kerja sebagai hasil dari kesepakatan real estat.
Tapi Garcia menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menghubungkan Qatar dan 2 juta dolar ini kepada putri anggota komite eksekutif, yaitu mantan kepala sepakbola Brazil, Ricardo Teixeira.
Rosell sendiri adalah mantan presiden Barcelona yang dipenjara karena penyelidikan pencucian uang terkait penjualan hak televisi tim sepak bola Brasil.
Investigasi Garcia juga mengungkapkan bahwa salah satu mantan anggota komite eksekutif FIFA mengucapkan terima kasih kepada Qatar melalui surat atas transfer beberapa ratus ribu euro setelah Qatar menjadi tuan rumah turnamen 2022.
Laporan tersebut juga mendokumentasikan bahwa tiga anggota eksekutif FIFA diterbangkan ke Rio de Janeiro untuk pesta pribadi menjelang pemungutan suara yang memutuskan siapa yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Qatar memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada akhir 2010 dan hasil pemungutan suara telah menjadi sumber kontroversi yang sangat besar sejak saat itu.
Setelah penyelidikan Garcia, majelis komite etika FIFA mencatat ada perilaku mencurigakan selama proses penawaran namun tidak cukup gigih mempertanyakan keputusan mengapa final di Qatar 2022 atau Rusia di 2018.
Beberapa jam sebelum FIFA membuat keputusan untuk go public, mantan bos FIFA Sepp Blatter telah mengecam laporan yang bocor ke tabloid Bild.
Blatter yang mengumumkan Qatar sebagai tuan rumah 2022 pada bulan Desember 2010, mengatakan kepada AFP, "Satu-satunya komentar yang bisa saya berikan adalah ada kebocoran, karena hanya komisi etika yang memiliki kuasa untuk menerbitkan laporan Garcia."
Dia menambahkan, "Saya setuju dengan pernyataan yang dibuat pada saat itu oleh ketua Komite Etika, Hans-Joachim Eckert kepada komite eksekutif. Baginya laporan Garcia tidak mengandung unsur apapun untuk mempertanyakan atribusi Piala Dunia 2018 ke Rusia dan 2022 ke Qatar."
Blatter, yang digantikan sebagai bos FIFA pada tahun 2016 oleh Gianni Infantino, menyimpulkan, "Ini adalah suara Michel Platini yang mendukung Qatar, sementara pada awalnya ada kesepakatan tuan rumah diberikan ke Rusia di 2018 dan 2022 ke Amerika Serikat. "
Platini yang kemudian menjadi ketua badan sepak bola Eropa UEFA, menghadiri makan malam di Paris bersama Nicolas Sarkozy, presiden Prancis saat itu, dan penguasa Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani, pada 23 November, tepat sembilan hari sebelum pemilihan penting tersebut.
Tapi Garcia menyatakan bahwa tidak ada bukti yang ditemukan terkait suara Platini yang mendukung Doha dengan investasi Qatar selanjutnya di Prancis, terutama pembelian Saint-Germain Paris.
Eckert digulingkan bersama dengan penyidik Cornel Borbely pada bulan Mei dan ketua komite etika sebelumnya membela keputusan yang tidak segera merilis laporan tersebut.
"Keputusan untuk tidak mempublikasikan laporan sejauh ini benar-benar sesuai dengan keputusan federasi sebelumnya dan peraturan FIFA yang berlaku," kata mereka dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke AFP pada hari Selasa (27/6/2017).
Mereka mengatakan bahwa laporan tersebut hanya merupakan dokumen kerja dan menambahkan bahwa pada bulan Desember 2014, dalam sebuah rapat Komite Eksekutif FIFA, diputuskan bahwa hanya Eckert yang memutuskan penerbitan laporan tersebut segera setelah semua prosedur, termasuk permintaan potensial ke CAS (Pengadilan Arbitrasi Olahraga) telah ditutup." (marloft)