Menelisik Konsep BPTJ Mengurai Kemacetan di Jabodetabek
Jumat, 02 Maret 2018, 14:28 WIBBisnisnews.id - Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek (BPTJ) pastikan, kelancaran angkutan umum massal berbasis jalan raya di Jakarta Bogor Depok Bekasi (Jabodetabek) akan terealisasi, menyusul diterapkannya konsep pengaturan ganjil genap untuk seluruh kendaraan pribadi di jalur bebas hambatan (Tol) dan penyediaan hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD)
Kebijakan ganjil-genap, tahap awal akan diterapkan di Pintu Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur arah ke Jakarta mulai 12 Maret 2018, berlaku setiap Senin – Jumat, mulai pukul 06.00 – 09.00 WIB, kecuali hari libur.
Implementasi ganjil-genap ini merupakan salah satu upaya BPTJ, mengedukasi masyarakat memanfaatkan angkutan umum ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Pada dua titik lokasi jalan bebas hambatan itu juga diterapkan Lajur Khusus Angkutan Umum (LKAU).
Di Tol Cikampek itu, LKAU ada di lajur 1 sebelah kiri jalan dan untuk angkutan barang golongan III, IV dan V dialihkan ke jalan non tol atau alteri. Targetnya, mengurai kemacetan jalan tol Cikampek yang telah mengalami titik jenuh.
Program lain yang juga diusung ialah pembangunan tempat tinggal yang terkoneksi langsung dengan fasilitas angkutan umum massal berbasis rel (kereta) dan jalan raya. Yakni, Transit Oriented Development (TOD) yang mellibatkan sejumlah pengembang perumahan.
Direktur Prasarana BPTJ Kementerian Perhubungan Risal Wasal menjelaskan, bagaimana menyadarkan masyarakat melalui penyediaan tempat tinggal yang tekoneksi langsung fasilitas angkutan umum. Konsepnya, bukan untuk tempat parkir kendaraan pribadi, tapi lebih diprioritaskan kepada tempat tinggal dan meminimalisir area parkir, sehingga penghuni benar-benar para pekerja yang menggunakan angkutan umum massal. Baik kereta api (Kereta rel Lisrik/KRL) maupun angkutan umum jalan raya.
"Tetap disediakan area parkir, tapi sangat terbatas. Kami mendorong, bagaimana masyarakat yang menghuni apartemen TOD benar-benar pengguna angkutan umum," jelasnya.
Kendati demikian Arsal mengakui, para pengembang yang telah menggelontorkan ivestasinya di proyek TOD juga berharap keuntungan. Karena itu, dalam pembangunan TOD, apartemennya ada beberapa kelas. "Ada kepentingan bisnis pengembang disana, tapi prioritasnya masyarakat yang menggunakan angkutan umum. Kami ingin mengembalikan angkutan umum di Jabodetabek, kususnya Jakarta ini sebagai idola. Makanya kami melakukan pembenahan secara menyeluruh yang melibatkan unsur pemerintah daerah, BUMN dan Swasta," tutur Arsal.
Meskipun ada kepentingan bisnis didalamnya, konsep huniannya tetap mengedepankan masyarakat menengah bawah. Jarak dari rumah hunian ke lokasi angkutan umum tidak jauh, dimana penghuni bisa bejalan kaki tanpa membuang waktu lama menuju ke stasiun kereta atau angkutan umum jalan raya.
"Ini merupakan satu cara, sebagai solusi memangkas mobilisasi penggunaan angkutan pribadi di jalan raya, terutama pada jam-jam sibuk," tuturnya.
Dijelaskan, dari titik hunian TOD, juga dikembangkan transportasi umum jalan raya berupa angkutan kota yang aman dan nyaman dan terkoneksi dengan pusat bisnis, perkantoran dan perbelanjaan. Dengan konsep itu, masyarakat yang sekarang ini menggunakan kendaraan pribafi bisa beralih ke angkutan umum. Dengan kosep itu, biaya transportasi yang digunakan masyarakat lebih efisien.
Konsep TOD yang sekarang ini dikembangkan, bukan sekadar ruang hunian masyarakat berpeghasilan pas-pasan dan memangkas mobilisasi penggunaan kendaraan pribadi, tapi juga upaya besar membangun gaya hidup atau lifestyle masyarakat.
"Keinginan besar kami adalah, bagaimana masyarakat yang biasa menggunakan kendaraan pribadi, beralih menggunakan angkutan umum. Dalam lima tahun kedepan, kami harapkan, konsep ini bisa berjalan penuh, sehingga jalan raya di kota besar seperti Jakarta, benar-benar nyaman, aman dan lancar," jelasnya. (Syam S)