Chandra Motik: "Sunda Kelapa Pelabuhan Bersejarah, Jangan Dibikin Rusak"
Kamis, 26 April 2018, 21:04 WIBBisnisnews.id - Pakar hukum kemaritiman, Chandra Motik geram terhadap kegiatan pangkalan pasir di pelabuhan bersejarah (heritage) Sunda Kelapa yang berpotensi kurang nyamannya wisatawan akibat kerusakan jalan oleh kendaraan berat pengangkut pasir, terlebih pada musim penghujan.
Pelabuhan itu sudah ditetapkan pemerintah sebagai pelabuhan heritage, kata Chandra Motik, harusnya dijaga dengan baik. Disana juga ada dermaga kapal phinisi milik para nelayan pelayaran rakyat yang dilestarikan, karena ada nilai sejarahnya.
Dalam perspektif sejarah, Sunda Kelapa adalah Ibunya Jakarta, sebagai awal dimulainya peradaban. Sejak zaman Kerajaan Tarumanegara, hingga masa kolonial Belanda, kawasan ini menjadi urat nadi kegiatan Jakarta.
Chandra Motik mengaku sangat khawatir, kalau kegiatan komersial, seperti pangkalan pasir dibiarkan ada di dalam pelabuhan yang memiliki sejarah ini, bakal mengikis nilai sejarah itu sendiri. Karena itu dia meminta PT Pelindo II/IPC selaku operator pelabuhan melakukan penertiban dan perbaikan kembali, termasuk jalan-jalan yang mengalami kerusakan.
"Sudah tahu Sunda Kelapa dijadikan Pelabuhan Heritage, tapi tidak dijaga dan dirawat dengan baik. Jalan menuju dermaga yang menjadi tempat kapal-kapal phinisi milik pelayaran rakyat merapat harus dijamin kebersihan, keamanan dan kenyamanannya,agar wisatawan nyaman," kata Chandra, Kamis (26/4/2018) di Jakarta.
Sekarang ini pemerintahan Jokowi-JK sedang gencar-gencarnya mengusung program industri wisata sebagai salah satu sumber pendapatan devisa negara.Tempat-tempat bersejarah yang menarik wisatawan sangat dijaga ketat dan diawasi. Bukan saja di Jakarta tapi seluruh wilayah di Indonesia.
Menurutnya, nilai jual Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai objek kunjungan wisata, bukan air lautnya, tapi dermaga, jalan-jalan sekitar pelabuhan yang memiliki nilai sejarah. Di kawasan pelabuhan satu ini, sebelumnya para wisatawan dapat bersepeda dan menikmati kemegahan peninggalan kolonial
dengan panorama eksotis Pelabuhan Sunda Kelapa yang dihiasi jajaran kapal pinisi.
Namun sekarang ini, ungkap Chandra Motik, gambaran indah seperti itu sulit di dapat, sebab pelabuhannya saja sudah ditempati pangkalan pasir. Sebab, dibanyak negara, area yang memiliki nilai sejarah negeri itu dijaga dan dirawat serta dilestarikan.
Disinggung soal, kegiatan komersial yang dilakukan PT Pelindo II yangn juga dituntut mendapatkan profit dari kegiatan kepelabuhanan di Sunda Kelapa, kata Chandra Motik, tidak masalah. Yang paling penting kegiatan komersial itu tidak menghilangkan dan menganggu objek-objek vital yang mempunyai nilai sejarah serta tidak merusak mata para wisatawan.
"Apa kurang jelas, pelabuhan kalau sudah ditetapkan sebagai heritage, ya harus dijaga, dirawat dan dilestarikan. Kalaupun ada kegiatan komersial, ya disesuaikan saja dengan tetap menjaga kenyamanan pengunjung," jelas Chandra Motik.
Di Jakarta, sejumlah kawasan destinasi wisata yang dilindungi dan dijaga kebersihannya serta memiliki nilai sejarah selain Pelabuhan Sunda Kelapa, dintaranya Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional, Museum Satrio Mandala dan Museum Sejarah Jakarta. (Syam S)