Covid-19, Belajar Online dan Curahan Hati Seorang Guru
Sabtu, 21 Maret 2020, 08:30 WIBBisnisNews.id -- Proses belajar di rumah bagi siswa sekolah di Jakarta, Bandung, Semarang dan beberapa kota besar di Indonesia sudah berjalan seminggu. Langkah tersebut harus dilakukan untuk mencegah penyeberan virus corona (covid-19) yang makin massif.
Berbagai komentar baik pro atau kontra bermunculan, baik di kalangan siswa, orang tua sampai guru-guru bahan pengamat mengenai belajar di rumah yang ditetapkan Pemerintah dalam dua minggu ke depan mulai 16 Maret 2020 lalu.
Guna memastikan anak-anak belajar di rumah dan tidak bermain ke warnet, main games atau ke mall, beberapa Pemda seperti Jakarta, Bekasi, Depok dan lainnya menurunkan personel Satpol PP melakukan operasi di masyarakat. Jika ditemukan ada anak main games di warnet atau mall akan diminta pulang bahkan orang tuanya dipanggil.
Sementara, bagi sebagian orang tua yang mendampingi atau mengajari anaknya belajar di rumah juga mengeluh bahkan kesal dengan berbagai keluhan yang bermunculan di medsos. Mulai stress, pusing, bahkan protes keras karena merasa tugas yang diberikan para guru secara online terlalu banyak dan berat.
Tidak sedikit orang tua langsung protes bahkan minta beban tugas dikurangi. Dengan berbagai alasan serta fakta masing-masing. Mulai kebanyakan beban, anak stres, bahkan sampai sakit dan masuk rumah sakit.
Tentu kita semua harus maklum. Kondisi ini terpaksa diberlakukan karena keadaan darurat serta mencegah bahaya yang lebih besar dari penyebaran covid-19 dewasa ini. Jika tidak, para guru tentunya ingin tetap masuk sekolah dan melakukan aktivitas pembelajaran secara langsung, meski dengan segala resikonya.
Masuk sekolah tapi tidak ada murid, ternyata juga tidak enak bagi para guru. Viideo beredar viral menunjukan, betapa sedih dan stresnya seorang guru menggajar tanpa murid? Bahkan dengan panggaris panjang, ia sampai menggedor-gedor papan tulis dengan gemasnya karena anak-anaknya tak juga paham pelajaran yang disampaikan.
Namun, sesuai ketentuan Pemerintah, mereka teta harus masuk dan memberikan tugas/ pembelajaran jarak jauh kepada para muridnya. Jika kondisi sudah normal, tentu pembelajaran di sekolah akan dipulihkan kembali.
Dalam kondisi seperti ini, Ny Farid, seorang wali murid di Bekasi mengaku saatnya kita sadar, proses belajar anak itu tak cukup hanya di sekolah. Orang tua juga hars berperan, sekaligus saatnya menghargaan peran dan pengabdian para guru.
Bukan Pekerjaan Ringan ?
"Tugas guru mendidik mendidik anak di kelas dari pagi sampai siang/ sore hari bukan pekerjaan mudah. Menghadapi anak satu kelas dengan beragam perilakunya jelas butuh triks dan kesabaran ekstra. Tapi, itulah jatidirinya seorang guru," katanya saat diminta komentarnya mengenai belajar secara online ini.
Menurut dia, justru pembeajara secara online beban tugas bagi anak sangat luar biasa. Meski dari rumah, yang kelihatan santai namun beban tugas anak-anak cukup melelahkan juga. "Jika dituruti, sampai tengah malam tugas dari guru belum selesai dikerjakan," aku dia.
Ketua KPAI Ratna Listyarti sempat berkomentar, beajar di rumah secara online justru membuat anak makin stress. "Banyak tugas bahkan jauh lebih banyak jika dibandingkan belajar di sekolah biasanya," katanya di Jakarta.
Sementara, menyikapi kondisi tersebut, soerang guru menyampaikan isi hatinya betapa beratnya mengajar di sekolah. "Sementara, tugas berat itu sering dipandang sebelah mata orang lain termasuk wai murid."
Curhat Seorang Guru
Melalui tulisan panjang, seorang guru menyampaikan isi hatinya yang selama ini terpendam dan jarang dimengerti orang. Berikut kutipan selengkapnya yang layak direnungkan:
Saatnya menghargai Bapak/Ibu Guru
Kita sering mengeluhkan dengan pelayanan guru di sekolah anak kita, bahkan di beberapa berita didapat orang tua yang mengadukan guru gara gara anaknya disanksi karena melanggar disiplin atau tidak mengikuti arahan gurunya.
Bahkan ada cibiran dengan mengatakan orang tua sudah bayar untuk menggaji guru maka guru harus memberikan pelayanan dan mengajarkan anaknya dengan standar orang tuanya, padahal harus kita sadari satu kelas tidak hanya 1 anak yang harus dididik dan diperhatikan.
Dan, ketika sekelas itu berhasil semua jarang sekali ada penghargaan dan pujian ke guru tersebut hingga akhirnya para guru mendapatkankan gelar pahlawan tanpa tanda jasa.
Saat ini, dengan dikeluarkannya kebijakan Pemerintah untuk merumahkan anak sekolah banyak orang tua yang mengeluhkan bagaimana harus bagi waktu dan sulitnya mengatur anak untuk belajar ? Saya berfikir, saat ini waktu terbaik untuk merasakan bagaimana guru harus membagi waktu untuk memperhatikan anak didiknya yang bukan terdiri dari 1 atau 2 orang saja, plus dengan karakter dan tuntutan orang tuanya.
Wahai bapak dan ibu orang tua siswa, kalian merasakan bagaimana mendidik anak bapak ibu yang hanya satu atau dua orang sudah banyak keluhan dan status-status lainnya di sosmed yang menggambarkan bagaimana susahnya menjadi guru di rumah hanya untuk 14 hari saja.
Saya mengajak, mari saat ini selain konsentrasi menjaga kesehatan dari ancaman covid-19, jadikan momen ini untuk introspeksi terhadap bagaimana pengorbanan dan ikhtiar guru disekolah anak-anak kita dalam mendidik dan membina anak-anak kita.
Terima kasih untuk para guru atas dedikasi mu mengajarkan hal paling berharga,tanpa mu kami tidak bisa apa-apa.
Matur suwun...(nda/helmi)