Disrupsi Besar Di Dunia Kini Harus Diatasi Bersama dan Sistemik
Rabu, 05 Februari 2020, 20:55 WIBBisnisNews.id -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof.Dr. Din Syamsudin mengatakan, Piagam Persaudaraan Kemanusiaan -antara Muslim, Kirten, Katholik dan Yahudi - bukan hanya ditandatangani dan diperingati tapi diamalkan dalam kehidupan nyata, dan dapat disenyawakan ke dalam peradaban dunia. Di era disrupsi dewasa bukan hanya terjadi di dunia politik, tapi juga ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta, lebih lanjut mengatakan bahwa disrupsi besar yang dialami dunia dewasa ini harus segera ditanggulangi bersama dan sistemik. Semua pemangku kepentingan harus satu kata dan dilibatkan untuk usaha ini.
"Kerusakan global akumulatif yang diciptakannya bersifat struktural dan sistemik. Jika tidak ditanggulangi secara sistemik maka akan membawa dampak siatemik terhadap kerusakan peradaban," kata Din Syamsduin, Rabu (5/2/2020).
Sebagai solusi, menurut Din Syamsuddin yang minggu lalu berpidato pada Konperensi Al-Azhar di Kairo, perlu ada Sistem Dunia Baru yang menekankan Jalan Tengah (_Wasathiyah_). Perlu juga dasar pijakan kehidupan umat manusia pada persaudaraan kemanusiaan.
"Hal ini diperlukan karena umat manusia sudah terkotak-kotak pada egosentrisme, baik atas dasar agama, ras, etnik, maupun kepentingan ekonomi dan politik," jelas Din Syamsudin.
Percakapan dalam konperensi berpusar pada perspektif teologis dari masing-masing agama tentang persaudaraan kemanusiaan, yakni bahwa umat manusia sejatinya bersaudara, maka perlu dikembangkan persaudaraan kemanusiaan.
Dalam kaitan ini, Din Syamsuddin menegaskan bahwa kesadaran akan persaudaraan kemanusiaan itu meniscayakan adanya rasa kasing sayang (_tarahum_) yang melintasi tapal batas primordial seperti agama, ras, bangsa, dan suku-bangsa.
Din juga menambahkan _tarahum_ (kasih sayang) perlu berlanjut pada _taaruf_ yakni adanya saling memahami dan menghormati dari berbagai pihak yang berbeda.
Yang kemudian, menurut Din Syamsudin akan mendorong adanya _ta’awun_ atau kerja sama, dan paling tinggi dapat mengambil bentuk _tadhamun_ yaitu saling melindungi.
Sayang, tandas Din Syamsuddin, ajaran-ajaran agama yang luhur dan agung ini mudah dikatakan tapi susah dilaksanakan.(helmi)