Flyover dan Underpass Belum Menyelesaikan Kemacetan di Jakarta
Rabu, 03 Juli 2019, 03:22 WIBBisnisnews.id -- Pembangunan fly over dan underpass akan menjadi solusi menyelesaikan kemacetan di Jakarta bila diikuti penyediaan fasilitas transportasi umum massal yang memadai, aman dan nyaman bagi masyarakat.
Pengamat transportasi dan Koordinator Fakta Azas Tigor Nainggolan mengatakan, sejumlah ruas jalan di Jakarta masih diwarnai kemacetan, padahal sudah dibangun flyover dan underpass.
Sebut saja seperti persimpangan Jalan Matraman Raya - Jalan Salemba dan Jalan Pramuka yang sudah memiliki flyover dan underpass setiap hari kerja masih sangat macet.
Flyover simpang Jalan Matraman dibangun beberapa tahun lebih dulu dari underpass baru 20 April 2018. Underpass simpang Matraman dibangun Pemprov DKI Jakarta karena terus macetnya jalan M Matraman Raya, Jalan Pramuka dan Jalan Diponegoro yang terhubung oleh Simpang Matraman.
Faktanya, kata Tigor kamecatan di kawasan tersebut tak kunjung usai bahkan semakin parah. "Saat dibangun, saya mengatakan pembangunan Underpass Simpang Matraman itu tidak akan berguna dan tidak akan mengurangi kemacetan jalan-jalan di sekitarnya," kata Tigor di Jakarta, Selasa (2/7/2019).
Jika memang Jakarta mau mengurangi kemacetannya, lanjut dia, maka harus dilakukan kebijakan membangun fasilitas layanan angkutan umum yang baik dan pengendalian penggunaan pribadi serta menata kembali tata kota Jakarta.
"Fakta ini sekarang yang terjadi dan membuat masyarakat tetap menderita," kata Tigor.
Menuritnya, membangun jalan baru sekarang ini di Jakarta bukan solusi untuk mengurangi kemacetan. "Situasi tetap macet jalan-jalan di sekitar Simpang Matraman membuktikan bahwa pembangunan flyover serta underpass Simpang Matraman tidak ada gunanya untuk mengurangi kemacetan," tukas Tigor.
Tigor mengatakan, tadi pagi (Selasa,2/7) di Jakarta khususnya Simpang Matraman tetap macet parah walaupun sudah dibangun flyover dan kemudian underpass disana.
Soal kemacetan di Simpang Matraman ini, menurutnya menunjukan pembangunan angkutan umum di Jakarta belum memadai agar warga mau berpindah dari kendaraan pribadinya. (Helmi)