Indonesia Berpotensi Hadapi Ancaman Pejuang ISIS Yang Pulang Kampung
Jumat, 17 Maret 2017, 09:54 WIB
Bisnisnews.id - Jihadis dari Indonesia diperkirakan akan segera kembali ke tanah air setelah kelompok teroris ISIS kehilangan wilayah di Irak dan Suriah, yang mendorong kekhawatiran di kawasan Asia Tenggara.
" Setelah ISIS kehilangan wilayah, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa mereka akan meininggalkan luar negeri dan mendorong serangan dalam negeri. Ada juga kekhawatiran bahwa para pejuang Indonesia akan kembali ke rumah dan sudah dilengkapi dengan pelatihan dan pengalaman perang, sehingga hal ini dimanfaatkan untuk melanjutkan keyakinan ideologis setia," menurut Arsla Jawaid, mantan wartawan dan ahli pejuang jihad asing, dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh Diplomat
Sejak pembentukannya pada tahun 2014, ISIS telah menyebarluaskan video propaganda dan perekrutan di media sosial, yang bertujuan membujuk orang Indonesia, Filipina, dan Malaysia untuk melakukan perjalanan ke Timur Tengah dan terlibat dalam jihad.
Jawaid mencatat:
ISIS tidak menimbulkan ancaman yang berbeda di kawasan Asia Tenggara saat ini, banyaknya orang Indonesia dan pejuang asing berbahasa Melayu dianggap sudah cukup untuk membentuk unit tempur sendiri di Suriah, yang dikenal sebagai Katibah Nusantara. Unit ini diformalkan pada bulan September 2014, melalui serangkaian Bayat (janji setia). Katibah aktif merekrut di kawasan ini lewat platform sosial dan terhubung dengan anggota ISIS lainnya, termasuk tutorial pelatihan logistik dan taktis.
...
Saat ini, tidak terdapat ISIS resmi di Asia Tenggara dan hanya sedikit ancaman ISIS yang signifikan ke wilayah tersebut. Namun, mengingat sejarah dan keberadaan militansi di wilayah ini, ada kelompok-kelompok jihad seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Indonesia dan Abu Sayyaf di Filipina yang telah berjanji setia kepada ISIS. Hal ini meningkatkan kekhawatiran mengenai pembentukan afiliasi ISIS resmi.
Pihak berwenang Indonesia telah menumpas jihad ISIS dalam beberapa tahun terakhir.
Kapolri Tito Karnavian mengumumkan akhir tahun lalu bahwa 170 dugaan jihadis telah ditahan pada tahun 2016.
Pada Desember 2015 The Soufan Group, sebuah perusahaan konsultan internasional berbasis di New York menilai, ada sekitar 900 pejuang Asia Tenggara, mayoritas dari Indonesia, telah melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok jihad, seperti ISIS dan al-Qaeda.
" Perkiraan resmi dari badan intelijen Asia Tenggara berjumlah 1,200 -1,800," lapor Jawaid. " Meskipun sulit untuk memperkirakan secara tepat berapa banyak pejuang yang saat ini berpartisipasi, Straits Times melaporkan baru-baru ini bahwa sekitar 392 orang Indonesia diyakini berjuang untuk ISIS di Suriah."
Tidak semua orang Asia Tenggara yang telah melakukan perjalanan ke wilayah ISIS adalah jihadis, dengan hampir 45 persen diyakini sebagai wanita dan anak-anak yang menemani para pejuang ketika melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Perkiraan ini termasuk orang yang berjuang atas nama afiliasi al-Qaeda di kawasan ini.
Indonesia tidak asing dengan serangan teroris oleh ekstrimis Islam, termasuk jihadis terkait dengan Jemaah Islamiyah (JI), sebuah afiliasi kelompok al-Qaeda, dan organisasi cabangnya.
Pada bulan Januari 2016, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan di Indonesia untuk pertama kalinya. (Edwin Mora / Breitbart)