Kajian Geologi Terpadu Terkait Jabodetabek Punjur dan Cekungan Bandung
Rabu, 27 November 2019, 14:33 WIBBisnisNews.id -- Badan Geologi melalui kegiatan Geologi Terpadu bermaksud menyajikan informasi geologi secara komprehensif yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan perkotaan pada kawasan tertentu seperti kawasan Jabodetabek Punjur dan Cekungan Bandung yang dilaksanakan pada tahun 2019. Kawasan ini dipilih karena jumlah penduduk yang padat.
Demikian disampaikan Anggota Tim Penyelidikan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian ESDM, Rustam, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, kajian Geologi Terpadu yang disusun Badan Geologi akan menjadi bahan pemangku kepentingan sebagai acuan dalam menyusun rencana strategis pengembangan wilayah perkotaan.
Baca Juga
"Kajian Geologi ini akan memberi manfaat sebagai data dasar untuk penataan ruang dan pengembangan wilayah kota, memberikan masukan untuk perencanaan tata ruang, baik Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Sebagai bahan evaluasi implementasi penataan ruang yang berkaitan dengan aspek kegeologian,"jelas Rustam seperti dilansir laman esdm.go.id.
Menurutnya, Jabodetabek Punjur merupakan kawasan terbangun dengan pertumbuhan pesat dari hulu hingga ke hilir baik secara vertikal maupun horisontal. Potensi kebencanaan yang ada di kawasan ini menjadi hal yang harus diperhatikan. Begitupula dengan Cekungan Bandung sebagai kawasan terbagun juga terus bertumbuh yang menyisakan tantangan dalam hal pembangunan karena potensi bencana yang ada.
Badan Geologi melalui pusat- pusat dalam lingkupnya melakukan Kajian Geologi Terpadu di Jabodetabek Punjur dan Cekungan Bandung dengan produk akhir berupa Peta Kesesuain Lahan yang dapat digunakan sebagai acuan atau saran bagi pemangku kepentingan untuk pengembangan kota di kedua daerah kajian.
Berikut hasil kajian tematik Jabodetabekpunjur dan Cekungan Bandung yang dilakukan Tim Penyelidikan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian ESDM:
-Berdasarkan kajian Geologi Teknik, laju penurunan tanah tertinggi di daerah sekitar Pluit dan Cilincing.
-Hasil Kajian Geofisika Bawah Permukaan mengindikasikan keberadaan Sesar Banbis yang terdeteksi di selatan Jabodetabek, begitu juga Sesar Cisadane dan Sesar Bekasi
-Penurunan tanah di Jakarta Utara terpicu oleh pengambilan air tanah dalam dan juga pembebanan. selain itu secara alami terjadi karena proses kompaksi dari sedimen yang belum terkonsolidasi.
-Berdasarkan Pemetaan Mikrozonasi; Nilai kedalaman cekungan di wilayah Jakarta memiliki mlai yang cukup besar, antara 400 hingga 1600 meter Nilai cekungan yang dalam menunjukkan tebalnya sedimen yang ada di bawah wilayah Jakarta.
Sedimen yang tebal dapat memperkuat guncangan gempa bumi, khususnya untuk bangunan - bangunan yang memiliki periode panjang seperti bangunan -bangunan tinggi yang terdapat di wilayah Jakarta
-Pemetaan Seismotektonik; dapat memprediksi keberadaan sesar aktif dan sesar potensial aktif. seperti: Sesar Baribis, Sesar Cisadane, Sesar Bekasi.
Cekungan Bandung.
-Berdasarkan indikasi lapangan dan pendugaan geolistrik dan gaya berat terdapat 6 jalur sesar yaitu : Sesar Lembang, Sesar Cileunyi - Tanjungsari, Sesar Cicalengka. Ses-ar Gunung Geulis, Sesar Jati dan Sesar Legok Kole.
-Berdasarkan analisis data sondir pada kedalaman 1-10 m di daerah Gedebage dan Rencana Kota Baru Tegalluar memiliki nilai konsistensi tanah sangat lunak dengan nilai tahanan ujung (qc) < 5 kg/cm2.
-Berdasarkan mikrozonasi daerah ini termasuk pada Kelas E (Vs30 = 175 m/s) yang memiliki kerentanan mengalami kerusakan wilayah yang parah jika terlanda gempabumi. Oleh karena itu disarankan untuk tidak membangun infrastruktur vital seperti bangunan pemerintahan, bangunan sekolah, dll.
Jika tetap akan mendirikan bangunan harus memenuhi kaidah bangunan tahan gempa bumi (SNI 1726-2012). Bangunan yang sudah ada dan tidak sesuai SNI 1726-2012 sebaiknya dilakukan penguatan (retro-fitting).(nda/helmi)