Kemacetan Lalin di Jakarta Turun, Perlu Genjot Angkutan Umum
Minggu, 23 Februari 2020, 10:48 WIBBisnisNews.id -- Tingkat kemacetan di Jakarta turun dari peringkat 4 pada tahun 2017, peringkat 7 pada tahun 2018 dan kini menjadi peringkat 10 pada tahun 2019 dalam kota termacet di dunia (data dari tom tom traffic index). Angkutan umum massal di Kota Jakarta juga terus ditingkatkan kapasitasnya.
Sebelumnya, kemacetan kota turun 8% dari tahun 2018 dan menjadikan penuruan paling besar dari kota-kota lain di dunia. “Biggest improvement since 2017” sebut @dishubdki jakarta.
Pemprov DKI Jakarta menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang turut berkontribusi membuat peringkat kemacetan di Jakarta turun pada tahun 2019.
"Mari kita terus gunakan transportasi publik dan juga sepeda agar tiap tahun peringkat kemacetan di Jakarta terus turun," seru Dishub lagi.
Pemprov DKI Jakarta bersama operator dan BUMN/BUMD serta swasta terutama PT TransJakarta terus menambah kapasitas layanan angkutan umum yang ada. Selain angkutan massal berbasis bus/ MRT serta TransJabodetabek yang dioperasikan PO swasta ada juga layanan angkutan massal lain juga makin baik layanannya.
Jumlah penumpang bus TransJakarta sudah mencapai 1 juta orang sehari. Selain itu, ada angkutan massal lainnya seperti KRL Jabodetabek, MRT Jakarta dan sebentar lagi LRT Jakarta dari Cibubur-Cawang Jakarta Timur akan beroperasi.
Pengamat transportasi dari Instran Darmaningtyas mengapresiasi naiknya kesadaran masyarakat Jakarta naik angkutan umum, termasuk penumpang TransJakarta yang sudah mencapai 1 juta orang sehari.
Hampir semua jalan protokol di Kota Jakarta dilayani bus TransJakarta dan para feeder-nya. Sementara, angkutan TransJabodetabek Premium juga sudah menjangkau sampai ke beberapa titik di kota satelit Jakarta. "Implikasinya, kemacetan lalu lintas di ibukota juga perlahan mulai berkurang, kata Tyas, sapaan akrab dia.
Menurut pamong Perguruan Taman Siswa ini, kapasitas dan kualitas pelayanan angkutan umum di Jakarta harus terus diperbaiki dan ditingkatkan. Jakarta sebagai ibukota negara harus jadi inspirasi kata lain di Indonesia untuk layanan angkutan umumnya.
Fakta saat ini, beberapa kota di Indonesia sudah tidak mempunyai angkutan umum yang memadahi. "Angkutan umum makin berkurang dan masyarakat beralih menggunakan kendaraan roda dua, balik milik sendiri atau ojek online (ojol)," kata Tyas.
Sepeda Motor Rawan Laka
Sementara, kendaraan roda dua adaah alat angkutan yang palingrawan kecelakaan. Direktur Angkutan Jalan AHmd Yani, saat talk show dalam acara bulan K3 Elnusa 2020 mengatakan, jumlah korban kecalakan lalu lintas di Indonesia mash tinggi.
"Data Polri menyebutkan, tahun 2018 lalu korban laka lantas mencaai 29.000 orang setahun, dan turun menjadi 27.000 orang tahun 2019 lalu. Dari jumlah tersebut, sebnyak 70% melibatkan sepeda motor atau kendaraan roda dua," kata Ahmad Yani.
Oleh karena itu, Ahmad Yani mengajak semua pihak untuk menggunakan angkutan umum. Mulai 2020 ini, Ditjen Hubdat bersama beberapa Pemda akan membangun angkutan umum dengan skema "buy the service."
"Pemerintah melalui APBN akan memberi layanan angkutan umum ke PO yang sudah eksis. Mereka yang akan investasi kendaraan dan akan mengoperasikannya. Tentunya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditentukan Pemerintah," tegas Ahmad Yani.(helmi)