Pemkot Depok Akan Bangun Angkutan Massal Berbasis Rel
Senin, 27 Januari 2020, 09:10 WIBBisnisNews.id -- Untuk membangun transportasi publik yang mampu bersaing dan menarik minat masyarakat dan mau meninggalkan kendaraan pribadi, maka syarat utamanya transportasi publik tersebut harus lebih unggul dari kendaraan pribadi. Selama ini, kendaraan pribadi dan juga sepeda motor menjadi penyumbang kemacetan tertama di wilayah Jabodetabek.
Sementara, angkutan massal berbasis rel mampu mengalahkan keunggulan kendaraan pribadi dari aspek waktu tempuh rata-rata ke tujuan, keamanan dan kenyamannya. Meski diakui, masih harus tingkatkan lagi ke depan.
"Inilah alasan, mengapa Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Jawa Barat menginisiasi untuk melakukan rencana pembangunan angkutan massal berbasis rel tersebut," kata Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Dr. Haris Muhammadun di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Ditinjau dari aspek integrasi, lanjut dia, wilayah Kota Depok saat ini dilayani oleh KRL pada poros utara-selatan sisi tengah. Dan, jika LRT Jabodebek sudah beroperasi, maka poros utara-selatan sisi timur akan dilayani oleh LRT.
Sementara, poros utara-selatan sisi barat dilayani oleh MRT Jakarta yang rencananya akan diperpanjang sampai dengan Pondok Cabe Tangerang Selatan. "Dari Feasibility Study (FS) yang telah dilakukan oleh DISHUB Kota Depok, menetapkan 4 koridor angkutan massal berbasis rel yang akan melayani poros timur-barat baik disisi utara maupun sisi selatan," jelas Haris.
Mereka itu adalah Koridor 1, Stasiun LRT Cibubur-TOD Pondok Cina (10,8 km), Koridor 2, TOD Pondok, Cina-Cinere-Stasiun MRT Lebak Bulus (16,7 km), Koridor 3, Bojongsari-Sawangan-TOD Depok Baru (10,7 km) dan Koridor 4, TOD Depok Baru-TOD Jatijajar-TOD Gunung Putri (13,8 km).
Ke-4 koridor angkutan massal berbasis rel tersebut akan terintegrasi dengan KRL Commuter Line Jabodetabek, MRT Jakarta dan LRT Jabodebek. Pilihan monorel dengan kapasitas 500 orang per train set.
"Tentu saja sudah mempertimbangkan efisiensi, sebab jika pilihannya LRT dan MRT akan sangat mahal. Berdasarkan FS, biaya per km monorail Kota Depok adalah Rp334 miliar per km atau setengah dari biaya LRT Jabodebek," papar Haris.
Jadi, 1 koridor Bojongsari-Stasiun Depok Baru sepanjang 10,7 km akan membutuhkan dana Rp3,5 triliun. "Namun karena stasiun berada di pusat permukiman, komersial dan mall, maka stasiun tersebut bisa dikerjasamakan sama developer, sehingga berkurang menjadi Rp2,9 triliun," papar Ketua Umum DPP IKAALL STTD itu.
Haris Muhammadun, Pakar Transportasi, yang juga Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) terpilih periode 2020-2023 menambahkan, rencana pembangunan angkutan massal berbasis rel di Kota Depok tersebut sudah sesuai dinamika dan konstitusi yang berlaku.
"Mereka adalah 9 Pilar, Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (Perpres No.55/2018), yang salah satunya mengamanahkan untuk melaksanakan pembangunan angkutan massal berbasis rel," kata Haris lagi.
"Jadi tinggal implementasinya agar dapat dilakukan secara cepat, tentunya butuh sinergi Pemerintah dan Investor. Jika Pemerintah Kota Depok bisa berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat, Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Jabar serta Investor, kita rasa bukan mustahil monorail Kota Depok bisa segera beroperasi," tegas Haris.(hrs/helmi)