Peran Aktif Perempuan Indonesia, Ibu Sekaligus Pelaku Pemboman
Rabu, 01 Februari 2017, 18:09 WIBBisnisnews.id - Perempuan Indonesia mengambil peran lebih aktif dalam ekstremisme kekerasan. Beberapa ingin menjadi pelaku bom bunuh diri kelompok ISIS, demikian keamanan terkemuka think thank memperingatkan.
Masalah muncul setelah penangkapan 2 wanita pada bulan Desember yang memiliki link ke ISIS, dan diduga merencanakan serangan bunuh diri di Indonesia, negara mayoritas Muslim dan paling padat penduduknya di dunia, menurut laporan dari Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) di Jakarta.
Banyak wanita Indonesia telah lama berjuang dan berbondong-bondong untuk bergabung ISIS di Timur Tengah, sementara radikal di Indonesia telah berjanji setia kepada ISIS untuk melakukan plot penyerangan jihadis.
Tapi menurut laporan dari IPAC, yang dipimpin oleh veteran analis keamanan Indonesia, Sidney Jones, mengatakan bahwa perempuan Indonesia bersemangat untuk terlibat dalam radikalisme mereka sendiri, bukan hanya mendukung suami ekstremis mereka, sehingga menimbulkan risiko baru.
" Perempuan Indonesia dalam organisasi ekstrimis kini mengejar praktik mematikan bersama saudara mereka di bagian lain dunia," menurut penelitian.
Meningkatnya keterlibatan perempuan dikarenakan ketertarikan terhadap ISIS dan untuk kecanggihan pertumbuhan media sosial. Hal ini memungkinkan lebih banyak perempuan bisa membaca propaganda jihadis dan ambil bagian dalam chat forum radikal, kata laporan yang dirilis kemarin.
Salah satu kasus tingkat tinggi adalah penangkapan 2 mantan PRT, Dian Yulia Novi dan Ika Puspitasari, yang diduga mengajukan diri untuk menjadi pelaku bom bunuh diri di Jakarta dan Bali.
Radikal ISIS terkemuka di Indonesia, Bahrun Naim, dituduh merencanakan serangkaian plot teror dari Suriah, dia juga yang telah memberi kedua wanita ini petunjuk dan dukungan keuangan, kata laporan itu.
Pihak berwenang menahan Novi dan suaminya pada malam sebelum serangan yang direncanakan di Istana Presiden Jakarta dan kemudian menjemput Puspitasari, yang merupakan bagian dari jaringan yang sama dan telah merencanakan untuk melakukan pemboman di pulau Bali, menurut laporan tersebut.
Wanita lainnya telah ditangkap karena melakukan pelanggaran termasuk menyiapkan dana amal pro ISIS, membantu membuat bom, dan menjadi pejuang dengan kelompok militan di pulau Sulawesi.
IPAC menyerukan pemerintah Indonesia untuk mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang jaringan radikal perempuan, termasuk mewawancarai wanita yang telah dideportasi dari Turki, setelah diduga mencoba untuk menyeberang ke Suriah dan bergabung ISIS.
" Kebutuhan untuk mengetahui lebih banyak tentang wanita ekstrimis Indonesia tiba-tiba menjadi sangat penting, " katanya.
Lembaga kontra-teror Nasional Indonesia menolak berkomentar. (marloft)