Perlintasan Sebidang KA Seperti Menunggu Korban, Perlu Solusi Konkret
Rabu, 28 Februari 2024, 21:04 WIBBISNISNEWS.id - Kasus kecelakaan pada perlintasan sebidang kereta api terus terjadi, korbannya pun cukup banyak dan setiap tahun jumlahnya tidak pernah menurun, ratusan orang harus meregang nyawa sia-sia.
Sepanjang 2023, jumlah korban kecelakaan di perlintasan sebidang tercatat sebanyak 112 orang. Dari jumlah itu, korban meninggal dunia tercatat 73 orang, luka berat yang berakibat cacat permanen 63 orang dan luka ringan sebanyak 71 orang.
Mengawali 2024, korban kecelakaan kereta api tercatat dua orang meninggal dunia. Mengacu pada data yang bersumber dari Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, sepanjang periode 2018 hingga 2023 kasus kecelakaan kereta api di perlintasan sebidang cenderung meningkat.
Sepanjang periode 2018 -2023 total korban kecelakaan KA di perlintasan sebidang tercatat sebanyak 1.410 orang. Dari jumlah itu korban meninggal dunia sebanyak 504 orang, luka serius sebanyak 458 dan luka ringan 450 orang.
Pada periode itu pula, jumlah kecelakaan tertinggi di perlintasan sebidang kereta api terjadi pada tahun 2019 sebanyak 282 orang dan 2022 sebanyak 284 orang.
Mengacu pada data tersebut, dengan masih tingginya angka kasus kecelakaan pada perlintasan sebidang, penanganannya belum maksimal meskipun kalau melihat data yang terjadi kasusnya sangat serius tapi penanganannya masih biasa-biasa saja.
Perlintasan sebidang yang kerapkali menimbulkan kecelakaan terdapat di area Daop 1 Jakarta. Misalnya, untuk lintasan Jakarta -Bogor, jumlah perlintasan sebidang terpantau masih cukup banyak.Baik yang resmi dengan palang pintu dan dijaga petugas maupun yang liar.
Perlintasan sebidang yang nampak semrawut dan jumlahnya cukup banyak ada di sepanjang jalur kereta mulai dari Stasiun Kalibata Jakarta Selatan - Depok hingga Bogor. Baik perlintasan yang dijaga petugas maupun perlintasan liar.
Bahkan antara stasiun Kalibata ke Stasiun Pasar Minggu ada tiga perlintasan yang sangat rawan kecelakaan. Lebih semrawut lagi adalah perlintasan antara stasiun Pasar Minggu Baru dan Stasiun Pasar Minggu (perlintasan Volvo) pada jam sibuk mulai pukul 15 .00 - pukul 19.00 Wib, terjadi kemacetan panjang, bahkan kerapkali ditemui masinis KRL terpaksa harus berhenti sebelum masuk perlintasan karena penuh dengan kendaraan bermotor roda dua dan empat.
Kesemrawutan yang cukup parah juga terjadi di perlintasan sebidang Pasar Minggu atau di sekitar area stasiun. Kondisi ini juga dipicu tidak tertibnya pengguna sepeda motor karena banyak yang melawan arus.
Berdasarkan data, perlintasan sebidang yang ada di jalan nasional jumlahnya mencapai 187 lokasi. Ini adalah perlintasan sebidang resmi, yang dilengkapi rambu dan penjaga, tapi kecelakaan masih saja terjadi.
Perlintasan sebidang Volvo Pejaten Timur Jaksel (Foto:BN/Syam)
Dari jumlah itu yang belum tersentuh penanganannya sebanyak 138 lokasi atau hanya 49 lokasi yang sudah tertangani
Sementara, estimasi biaya penanganan 138 perlintasan sebidang sebesar Rp 21,5 triliun. Biaya sebesar itu belum termasuk pembebasan lahan.
Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun jembatan orang dan fly over pada lintasan sebidang sekitar Rp 21 - Rp.30 miliar. Nilai ini sebenarnya bisa dimasukan pada anggaran perencanaan sejak awal, sehingga tidak kerja dua kali dan tidak harus menunggu jatuhnya korban.
Perlintasan sebidang yang memotong jalan nasional terbesar ada Jawa Timur sebanyak 55 lokasi, diikuti Sumatera Utara sebanyak 27 lokasi, Sumatera Selatan 15 lokasi, Jawa Barat 13 lokasi, Jawa Tengah 12 lokasi, Banten 9 lokasi dan Sumatera Barat 7 lokasi.
Namun yang sangat membahayakan dan seringkali terjadi kecelakaan yang berakibat korban meninggal dunia adalah, perlintasan liar dan jumlahnya cukup banyak karena tidak terdata secara resmi.
Plt Direktur Keselamatan Perkeretaapian Yuwono Wiarco mengakui, perlintasan sebidang kereta api masih cukup banyak, baik yang berada pada jalan nasional. Jalan provinsi maupun jalan-jalan desa di tingkat kabupaten.
" Idealnya memang seluruh perlintasan sebidang ditutup, agar lintasan kereta aman dari kasus kecelakaan," ungkap Yuwono.
Soal keselamatan di perlintasan sebidang, tidak bisa hanya ditangani pemerintah pusat, ini menjadi tanggungjawab bersama.
Selain itu, anggarannya sangat terbatas. Misalnya, untuk penjaga palang pintu perlintasan kereta, dibutuhkan peran Pemda setempat dan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah pusat .
Demikian juga soal sosialisasi yang sifatnya sangat parsial dan terbatas, sehingga hasilnya tidak maksimal. Lagi-lagi ini juga terbentur anggaran.
Penutupan
Mengacu pada data Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, sepanjang periode 2023, telah menyelesaikan penutupan lintasan sebidang sebanyak 125 titik lokasi.
Tahun ini (2024), rencananya akan dilakukan penutupan lintasan sebidang KA sebanyak 123 titik lokasi dan yang sudah terealisasi sebanyak 16 titik lokasi.
Ditargetkan, selama periode 2024 ini tidak ada penambahan perlintasan sebidang yang baru, sehingga angka kecelakaan bisa kembali ditekan.
Namun yang sulit dikendalikan adalah, munculnya perlintasan sebidang liar yang sengaja dibuka oleh masyarakat sekitar perlu Tadan kereta, sehingga sulit pengawasannya dan tidak terdata.
Perlintasan sebidang liar itu baru diketahui aparat, setelah ada kasus kecelakaan, baik kasus kecelakaan perorangan maupun kendaraan yang tertabrak kereta saat melintas.
Di Daop 1 Jakarta juga rencananya akan kembali dilakukan penutupan lintasan sebidang pada sejumlah lokasi yang melibatkan unsur regulator (Ditjen KA) operator (PT. KAI) dan pemerintah daerah (Pemda).
Sementara itu untuk perlintasan sebidang di DKI Jakarta, jumlahnya sudah sangat kecil di banding daerah lain di Jawa dan seluruhnya dilengkapi rambu dan palang pintu serta petugas jaga, sehingga kecelakaan bisa dihindari.
Penertiban perlintasan sebidang di Provinsi Banten, berdasarkan keterangan pihak Ditjen Perketaapian terus menurun, karena ada peranan Pemda cukup besar sama seperti yang ada di DKI Jakarta.
(Syam)