Puluhan Hotel dan Cotage, 556 Rumah Rata Disapu Tsunami, 300 Orang Tewas
Senin, 24 Desember 2018, 18:13 WIBBisnisnews.id-Sembilan hotel, 556 unit rumah rata disapu ombak tsunami setinggi sekitar 20 meter di sepanjang kawasan wiata Anyer SerangBanten dan Lampung Selatan oada Sabtu malam (22/12/2018).
Di Serang Banten, sedikitnya 10 kecamatan disapu ombak tsunami. Total korban tewas aementara sekitar 300 orang, luka-luka yang masih dirawat di rimah sakit maupun yang sudah kembali ke rumahnya sekitar 1000 orang.
Banyaknya korban jiwa itu terjadi karena aebelumnya, pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan naiiknya air laut tidak berpotensi tsunami. Namun setelah air menerjang dan melumat semua yang dilaluinya sepanjang Pantai Anyer, Tanjung Lesung dan Lampung Selatan, BMKG kembali mengatakan, alat pendeteksi yang terpasang rusak.
Di dunia maya, kalangan netizen protes keras kepada BMKG yang sebelumnya mengatakan tidak ada potensi tsunami. Kalimat yang terlintas mengatakan "hai BMKG pertanggungjawabkan pernyataanmu"
Terkait bencana tsunami di kawasan wisata itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merilis analisis sementara penyebab terjadinya gelombang tsunami d.
Badan Geologi menyatakan tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam disaat banyak anggota masyarakat menghabiskan waktu liburnya itu, lebkh disebabkan adanya longsoran material Gunung Anak Krakatau.
“Tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material Gunung Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor selatan dan barat daya,” demikian bunyi Badan Geologi dalam situs resminya, Senin (24/12/2018).
Sebelum tsunami terjadi, erupsi Gunung Anak Krakatau terpantau berlangsung secara terus menerus sejak Juni 2018 dan berfluktuasi. Namun, tidak ada peningkatan intensitas yang signifikan.
Kendati demikian, Badan Geologi menyampaikan masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang memicu tsunami. Dalam rilisnya, Badan Geologi juga menyertai riwayat pemicu terjadinya tsunami di kawasan Selat Sunda.
Nerdasarkan katalog tsunami yang ditulis S.L. Soloviev dan Ch.N. Go pada tahun 1974, wilayah Selat Sunda beberapa kali dilanda tsunami yang dipicu gempa bumi (tahun 1722, 1852, dan 1958), erupsi atau aktivitas Gunung Krakatau (tahun 416, 1883, dan 1928), serta penyebab lain yang belum diketahui (tahun 1851, 1883 dan 1889).
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Prof. Dr. Ir. Hery Harjono seperto dilansir Akurat.co
meyimpulkan penyebab terkadinya tsunami. Bencana tsunami itu dikatakan akumulasi dari material-material yang dimuntahkan Anak Krakatau selama ini," ujarnya.
Menurutnya, material dalam volume besar itu diperparah dengan kondisi di bagian barat daya Anak Krakatau yang memiliki topografi curam. Material itu lalu tidak lagi tertahan dan memicu longsoran dengan energi yang besar di bawah permukaan laut, sehingga menimbulkan gelombang tsunami. (Syam S)