Sidang Lanjutan Ahok Hadirkan Saksi Nelayan dan Saksi Ahli Dari MUI
Selasa, 07 Februari 2017, 11:24 WIBBisnisnews.id- Sidang ke-9 kasus penistaan agama yang menyeret terdakwa, gubernur DKI Jakarta non aktif,
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang juga calon gubernur DKI oleh PN Jakarta Utara di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (7/2/2017) menghadirkan tiga saksi.
Yaitu Jaenudin alias Panel bin Adim, Sahbudin alias Deni, dan Hamdan Rasyid.
Jaenudin adalah saksi fakta yang bekerja sebagai nelayan di Pulau Panggang.
Hamdan Rasyid dipanggil sebagai saksi ahli yang merupakan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam sidang sebelumnya pada Selasa (31/1) keduanya tidak hadir sehingga dijadwalkan pemanggilan ulang pada hari ini oleh Jaksa Penuntut Umum.
Seperti biasa, situasi di depan pintu masuk Kementerian Pertanian tempat berlangsungnya sidang dipenuhi anggota masyarakat Arus lalu di Jalan RM Harsono yang mengarah ke Ragunan sudah ditutup pihak kepolisian baik jalur umum maupun jalur Bus Transjakarta.
Ahok dikenakan dakwaan alternatif yakni Pasal 156a dengan ancaman 5 tahun penjara dan Pasal 156 KUHP dengan ancaman 4 tahun penjara.
Pasal 156 KUHP, barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Perkataan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainnya karena ras, negeri asal, agama, tempat asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara.
Menurut Pasal 156a KUHP, pidana penjara selama-lamanya lima tahun dikenakan kepada siapa saja yang dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. (Ari)