Tragedi Lion JT-610, Pemilik: Siap Diaudit dan Mendapatkan Sanksi
Rabu, 31 Oktober 2018, 09:11 WIBBisnisnews.id - Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Tanjung Karawang pada Senin pagi 29 Oktober 2018 bukan yang pertama. Peristiwa itu adalah satu dari rentetan peristiwa kecelakaan yang dialami maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana sejak mulai beroperasi tahun 2000.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang ditanya awak media seputar sanksi yang akan diberikan kepada pihak Lion Air hanya mengatakan, menunggu proses penyelidikan dari tim investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Namun dalam pekan ini, fokus mencari para korban dan bangkai pesawat.
"Kami telah menyampaikan surat kepada pihak Lion Air untuk memeriksa kembali kelaikan pesawat sejenis yang dimiliki, agar peristiwa serupa tidak terulang" kata Menhub Budi.
Baca Juga
Maskapai yang mengoperasikan pesawat terbaru buatan boeing type 737 8-MAX, selain Lion Air juga Garuda Indonesia. Berdasarkan informasi, Lion Air mengoperasikan 11 unit dan Garuda Indonesia satu unit.
Menyikapi kecelakaan itu, pendiri yang juga pemilik maskapai Lion Air Group Rusdi Kirana menyatakan siap diaudit oleh pihak yang berwenang. Perusahaan yang didirikannya sejak tahun 2000 itu juga tidak keberatan mendapatan sanksi dari regulator jika temuan audit menyatakan maskapainya bersalah.
Rusdi Kirana ikut hadir dalam kunjungan Presiden Joko Widodo Selasa Sore (30/10.2018) ke Posko jatuhnya pesawat Lion JT-610 di di terminal ex-JICT Pelabuhan Tanjung Priok. Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Basarnas M. Syaugi dan Dorut Pelindo II memantau langsung perkembangan pencarian para korban.
Namun dirinya tidak berani berspekulasi, karena sekarang ini seluruh kegiatan difkuskan mencari para korban yang masih belum ditemuan dan bangkai pesawat yang kemungkinan masih banyak koban terjebak di dalamnya.
Rusdi mengatakan, terlalu dini untuk membahas soal sanksi, karena proses investigasi dan evakuasi bangkai pesawat masih berlangsung.
Tidak ada yang mennginginkan kecelakaan, karena itu, Rusdi yang didampingi Direktur Utama Lion Group Edwar Sirait meminta keadilan. Kalau perusahaan siap dikenakan sanksi, bukan berarti harus benar-benar disalahkan
Saat ini Lion Air Group ini telah memiliki 30 ribu lebih karyawan. Dalam sehari, seluruh penerbangan domestik Lion Air Group mengangkut 200 ribu penumpang. Memberikan sanksi harus berdasarkan peraturan, bukan atas dasar emosi.
Boeing 737 MAX 8 yang mengalami kecelakaan adalah keluaran terbaru. Lion Air Group telah memesan 280 unit dan yanng sudah datang sebanyak 11 unit.
Perusahaan juga belum menentukan langkah ke depan apakah akan menghentikan menunda pembelian atau melanjutkan. Mengingat, Boeing 737 8-MAX adalah generasi terkini dari Beoing sedangkan generasi sebelumnya sudah tidak diproduksi.
Pesawat keluaran terbaru itu juga membuktikan telah memberikan kenyamanan dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Disisi lain, maskapai Lion Air Group pun telah memperoleh sertifikat dari The IATA Operation Safety Audit (IOSA). (Ismadi/Syam S)
Pesawat Boeing Type 737 8-MAX
Berikut daftar kasus kecelakaan Lion Air Group yang berhasil diolah tim redaksi Bisnisnews.id dari berbagai sumber:
1 - Pada 14 Januari 2002, pesawat Boeing 737-200 PK LID dengan penerbangan 386 rute Jakarta-Pekanbaru-Batam gagal lepas landas dan terjerembab setelah lebih dari lima meter badan pesawat meninggalkan landasan pacu di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru
Dalam kecelakaan itu tercatat tujuh orang penumpang mengalami luka serius dan patah tulang.
2 - 31 Oktober 2003, Lion Air Penerbangan 787, MD-82 rute Ambon-Makassar-Denpasar, keluar jalur saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar.
3 - Pada 3 Juli 2004, Lion Air Penerbangan 332, MD-82 rute Jakarta-Palembang mendarat tidak sempurna di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
4 - Kecelakaan yang paling banyak makan korban penumpang saat itu terjadi di Bandara Adisumarmo, Solo, pada 30 November 2004.
Pesawat dengan penerbangan 538 PK-LMN, MD-82 rute Jakarta-Solo-Surabaya mengalami over shode dan bablas keluar landasan, 25 orang penumpang tewas.
5 - 10 Januari 2005, Lion Air Penerbangan 789, MD-82 gagal lepas landas di Bandara Wolter Monginsidi, Kendari akibat salah satu bannya kempis.
6 - Kecelakaan berlanjut pada 3 Februari 2005, Lion Air dengan penerbangan 791, MD-82 rute Ambon-Makassar tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar.
7 - Pada 12 Februari 2005, Lion Air Penerbangan 1641, MD-82 rute Mataram-Surabaya ketika akan lepas landas di Bandara Selaparang, Mataram. Roda bagian depan tergelincir keluar landasan, sekitar setengah meter di sebelah utara dari pinggir landasan pacu.
8 - 6 Mei 2005, Lion Air Penerbangan 778, MD-82 rute Jakarta-Makassar pecah ban saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. Tidak ada korrban jiwa dalam kasus kecelakaan itu.
9 - Lion Air dengan penerbangan 792, MD-82 rute Jakarta-Makassar-Gorontalo pada 24 Desember 2005, rida pesawat tergelincir keluar landasan saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
10- 18 Januari, pesawat MD-82 milik Lion Air rute rute Ambon-Makassar-Surabaya tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
11- pada 4 Maret 2006, pesawat MD-82 milik Lion Air dengan penerbangan 8987, rute Denpasar-Surabaya tergelincir saat mendarat di Bandara Juanda, Surabaya akibat cuaca buruk.
12- 7 April 2006, pesawat MD-82 dengan registrasi penerbangan 391, rute Pekanbaru-Jakarta gagal lepas landas akibat gangguan pada roda kiri di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
13- Pada 24 Desember 2006, pesawat boeing 737-400 dengan nomor penerbangan 792, PK-LIJ rute Jakarta-Makassar-Gorontalo tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
14- 19 Maret 2007, Lion Air Penerbangan 311, MD-82 rute Banjarmasin-Surabaya batal lepas landas di Bandar Udara Sjamsudin Noor, Banjarmasin.
15- 23 Februari 2009, Lion Air Penerbangan 972 PK-LIO, MD-90 rute Medan-Batam-Surabaya mendarat darurat di Bandara Hang Nadim, Batam akibat macetnya roda depan.
16- 9 Mei 2009, MD-90 Lion Air PK-LIL tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta.
17- 3 November 2010, Lion Air Penerbangan 712, PK-LIQ Boeing 737-400 rute Jakarta-Pontianak-Jakarta tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak.
18- 14 Februari 2011, Lion Air Penerbangan 598, Boeing 737-900ER rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Semua penumpang selamat, namun hal itu ditanggapi oleh Dirjen Perhubungan Darat dengan menyatakan bahwa semua pesawat jenis Boeing 737-900ER dilarang mendarat di Kota Pekanbaru apabila landasan basah. Lion Air memutuskan menggunakan pesawat Boeing 737-400 untuk melayani rute tersebut (Hal ini kemungkinan akan menunda niat Lion Air untuk memensiunkan Boeing 737-400).
19- 15 Februari 2011, Lion Air tujuan Medan-Pekanbaru-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 0295 berjenis Boeing 737-900 ER tergelincir di Pekanbaru pukul 17.00 WIB. Seluruh roda pesawat keluar dari lintasan bandara.
20- 17 Februari 2011, sebuah Lion Air Boeing 737-900 ER (pesawat yang sama yang tergelincir di Pekanbaru 2 hari sebelumnya) sedang didorong oleh traktor di Bandara Jakarta dan tanpa sengaja mengarah ke pesawat Lion lainnya. Pesawat mengalami kerusakan pada stabilizer bagian belakang. Tidak ada laporan korban luka.
21- 23 Oktober 2011, Lion Air JT 673 tergelincir di Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kalimantan Timur sekitar pukul 07.24 WITA.
22- 13 April 2013, kecelakaan Lion Air Bali dengan rute Bandung menuju Denpasar terperosok ke laut di Bandara Ngurah Rai, Denpasar tanpa sempat menyentuh landasan pacu.
23- 19 April 2013, Lion Air tujuan Denpasar-Jakarta batal terbang karena mengalami masalah dengan mesin.
24- 21 April 2013, Lion Air dengan nomor penerbangan 0689 dari Bandar Udara Supadio, Pontianak tujuan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, setelah 20 menit terbang secara tiba-tiba masker oksigen keluar di kabin pesawat.
25- 6 Agustus 2013, Lion Air Penerbangan 892, Boeing 737-800 rute Makassar-Gorontalo menabrak sapi saat mendarat di Bandar Udara Jalaluddin, Gorontalo sekitar pukul 21.11 WITA.
26- 2 Februari 2014, Lion Air penerbangan 461, Boeing 737-900ER, dari Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan menuju Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, dengan 222 penumpang dan kru pesawat, mengalami pendaratan keras di Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya. Akibatnya, 2 penumpang mengalami luka serius dan 3 penumpang mengalami luka ringan.
27- Pada 18 Februari 2015, Lion Air mengalami penundaan penerbanan atau delay selama tiga hari hari. Akibat kejadian itu terjadi penumpukan penumpang dan nyaris ceos di terminal 1 bandara Soekano-Hatta Cengkareng. Penyebabnya karena pesawat menabrak burung saat take off dari Jakarta menuju Semarang dan juga terdapat gangguan dan kerusakan teknis.
28- 24 April 2015, penerbangan 303, Boeing 737-900ER, dengan rute penerbangan Bandar Udara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara menuju Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten mengalami ledakan di bagian belakang pesawat ketika akan lepas landas menuju Jakarta. Sebanyak 207 penumpang dan 7 kru pesawat selamat. Namun, tiga penumpang pesawat harus dirawat di rumah sakit di Kabupaten Deli Serdang karena mengalami luka serius.
29- Pada 3 Agustus 2017, terjadi kecelakaan senggolan sayap di Bandar Udara Internasional Kuala Namu antara pesawat Lion Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT 197 dengan kode registrasi PK-LJZ dari Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh dengan pesawat Wings Air ATR 72-500 dengan nomor penerbangan IW 1252 dengan kode registrasi PK-WFF menuju Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Meulaboh, Aceh. Pesawat Lion Air berusaha menghindar ke kanan runway, tetapi karena jarak terlalu dekat dan terbatasnya ruang di runway akhirnya terjadilah tabrakan antarsayap tersebut. Akibatnya, bagian sayap kedua pesawat ini mengalami kerusakan.
30- Pada 29 April 2018, pesawat Boeing 737-800 milik Lion Air penerbangan 892, rute Makassar ke Gorontalo tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Jalaluddin, Gorontalo.(*)