Tumpahan Minyak Sawit Mentah Cemari Perairan Laut Buton
Jumat, 18 Januari 2019, 03:45 WIBBisnisnews.id - Keluham pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak sawit mentah di perairan laut Kabupaten Buton mendapat respon Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara.
Tumpahan minyak sawit mentah yang sudah mencemari lingkungan dan berbau busuk dalam beberapa hari terakhir ini dinilainya sudah sangat mengganggu, terutama para nelayan.
Karena itu, perusahaan pelayaran yang menumpahi minyak mentah itu diminta warga bertanggungjawab dan harus segera menyingkirkan limbah yang mencemari perairan laut.
Ketua Komisi IV DPRD Sultra, dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Yaudu Salam Ajo seperti dikutif dari Antaranews, Jumat (18/1/2019) menyatakan keprihatinannya. Tumpahan minyak sawit mentah di tengah laut itu, juga berdampak terhadap biota laut.
Akibat tumpahan minyak sawit tersebut, nelayan setempat selama beberapa hari terakhir tidak bisa memperoleh tangkapan ikan karena sudah tercemari minyak dan bau mennyengat.
Beberapa waktu lalu dilaporkan ada warga dari tiga desa di Kabupaten Buton Selatan mulai mengeluh sakit kepala, mual, dan muntah akibat menghirup udara yang terkontaminasi bau menyengat dari tumpahan minyak sawit mentah di perairan Buton Selatan. Tiga desa tersebut, yakni Majapahit, Lampanairi, dan Bola.
"Kini masyarakat sudah terganggu kesehatannya. Apalagi tumpahan minyak kelapa sawit ini menimbulkan aroma tak sedap sehingga masyarakat yang menghirup menyebabkan sakit kepala," kata Rizal, salah seorang warga Desa Majapahit, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan.
Rizal mengatakan tumpahan minyak itu juga menimbulkan pencemaran lingkungan dan merusak biota laut sehingga para nelayan tidak dapat lagi dengan lancar mencari ikan.
"Mereka (nelayan, red.) mau pasang 'bubu' saja sudah tidak bisa karena tercemar, apalagi mau pasang jaring. Dan hari ini banyak biota laut dan ikan-ikan kecil yang mati sehingga dikhawatirkan akan terjadi ketidakseimbangan rantai makanan," katanya.
Jika kondisi itu terus terjadi, kata Rizal, ikan-ikan akan semakin berkurang. Hal itu akan berdampak terhadap mata pencaharian nelayan setempat.
Selain itu, katanya, membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kondisi lingkungan laut setempat menjadi seperti sedia kala.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Selatan La Pute mengakui telah menerima sejumlah keluhan dan aduan dari masyarakat terkait dengan tumpahan minyak kelapa sawit mentah itu.
"Pemda Buton Selatan masih menunggu semua hasil dari analisa lapangan yang dilakukan oleh Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sulawesi dan UPTD Laboratorum Propinsi Sultra terhadap potensi kerusakan lingkungan," katanya.
Kapal tongkang milik jasa angkutan PT Kebari Medan Segara yang memuat sekitar 3,7 ton CPO dari Poso, Sulawesi Tengah menuju Tarjun, Kalimantan Selatan karam di Perairan Buton Selatan karena dihantam ombak besar dan angin kencang akibat cuaca buruk. (*/Jam)