Usai Dilantik, Ini Pidato Awal Masa Jabatan Presiden Jokowi
Minggu, 20 Oktober 2019, 17:42 WIBBisnisNews.id -- Mengawali tugasnya sebagai Presiden RI periods 2019-2024, Joko Widodo (Jokowi) menngajak Rakyat Indonesia dan pejabat Indonesia optimis menatap masa depan. Indonesia berpotensi menjadi Bangka Besar dan maju. Tapi harus kerja keras dan keratif tak puas pads Caspian sat ini.
Mimpi kita, cita-cita kita di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka mestinya, Insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan. Itulah target kita.
"Target kita bersama. Dan mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 7 triliun Dolar AS. Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato awal sebagai Presiden RI di depan Sidang Paripurna MRP di Jakarta, Minggu (30/10/2019).
Kita sudah hitung, lanjut dia, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai. "Namun, semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, dan kita harus kerja cepat, harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif," kata Jokowi lagi
Dalam dunia yang penuh risiko, jelas dia, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. "Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya," papar Jokowi.
Cerita sedikit, terang dia, tahun pertama saya di istana, saat mengundang masyarakat untuk halalbihalal, protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut. Tahun kedua, halal bihalal lagi, protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi.
Langsung saya bilang ke Mensesneg, kisah Jokowi, “Pak, ayo kita pindah lokasi. Kalau kita tidak pindah, akan jadi kebiasaan. Itu akan dianggap sebagai aturan dan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang.”
"Ini yang namanya monoton dan rutinitas. Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal. Meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi proses, tapi harus berorientasi pada hasil-hasil yang nyata," urai Jokowi.
Menurut Presiden, "Saya sering ingatkan ke para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati hasil pembangunan."
Seringkali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah dibelanjakan, dan laporan akuntabilitas telah selesai. Kalau ditanya, jawabnya “Program sudah terlaksana Pak.”
Tetapi, kilah Jokowi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya.
Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya, yang utama itu hasilnya. Cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA.
Ada sent, artinya telah terkirim. Ada delivered, artinya telah diterima. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent.
Saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya sending-sending saja. "Saya minta dan akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered. Tugas birokrasi itu menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat," tegas Jokowi.(Helmi)