2016, Tahun Huru Hara Bagi Pelayaran Singapura
Selasa, 20 Desember 2016, 22:55 WIB
Bisnisnews.id - Bukan hanya industri penerbangan, 2016 juga dicatat sebagai tahun penuh keributan bagi dunia pelayaran kontainer. Khususnya Singapura. Krisis dan permintaan global yang lemah telah memukul banyak broker shipping dan perusahaan transportasi di negeri tersebut.
Sumber Straits Tiime menyebutkan, tahun 2017, ketidakpastian perdagangan global masih terus membebani Singapura, mengingat perannya sebagai hub maritim.
Turbulensi datang dari segala arah, dimulai dari gelombang merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran Perancis, CMA CGM terhadap Neptune Orient Lines (NOL) milik Singapura senilai 3,38 miliar dollar AS
Tapi hal yang benar-benar mengguncang pasar adalah kebangkrutan besar-besaran dari jalur pelayaran terbesar Korea Selatan, Hanjin Shipping Company. Bencana ini memicu gangguan besar dalam perdagangan global ketika mereka masuk kurator pengadilan pada 31 Agustus 2016.
Pemain lain bergerak cepat mengambil rute yang ditinggalkan oleh Hanjin, salah satu perusahaan pelayaran terbesar ketujuh di dunia. Hanjin menghadapi likuidasi karena sarat utang dan resolusi akan makan waktu bertahun-tahun.
Andy Lane dari CTI Consultancy merangkum, Singapura memulai dengan 17 operator global independen. Dengan merger dan akuisisi ditambah kebangkrutan Hanjin, jumlah operator akan menyusut jadi 10 mengingat integrasi akan berlangsung di tahun 2018.
"Industri pelayaran Singapura secara keseluruhan akan mengalami kerugian perdagangan untuk tahun ini. Transformasi radikal tidak cukup untuk mendapat keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan, "tambahnya.
Jika tahun 2016 ini berlalu, kemungkinan 2017 bakal membawa lebih banyak ketidakpastian. Volatilitas harga mungkin mereda. Tapi banyaknya armada yang menganggur membuat tingkat pendapatan tidak akan meroket.
"Satu-satunya hal yang bisa diyakini adalah akan ada lebih banyak ketidakpastian di shipping dan ekonomi yang lebih luas. Keputusan Brexit dan terpilihnya Trump mempengaruhi perdagangan dan seluruh rantai pasokan, " kata Jeremy Masters, direktur regional Asia-Pasifik di operator terminal Peel Ports.
Untuk usaha pemulihan, Teo Siong Seng, direktur Pacific International Lines mengatakan dengan pemain yang lebih sedikit, maka perlu upaya khusus untuk menarik pemain besar ke Singapura.
Ia mencatat bahwa Pemerintah telah berusaha sebaik mungkin menarik perusahaan pelayaran besar untuk berbisnis di Singapura, bersama-sama dengan pemodal kapal, pengacara pelayaran, manajer kapal, jasa engineering dan lain lain, yang memungkinkan Singapura tetap sebagai kunci hub maritim.
"Saya percaya ekosistem yang kuat dari sektor pelayaran Singapura bisa melalui siklus ini dan industri kembali pulih," kata Teo Siong Seng
Chiang, pemilik Ocean Shipping menambahkan, dengan CMA CGM sekarang memegang saham di empat tempat kontainer di terminal Pasir Panjang, Pelabuhan Singapura bisa berharap peningkatan volume di tahun depan, walau pemulihan industri masih dipertanyakan.
Dan untuk jalur pelayaran di mana pertumbuhan volume tidaklah mungkin, Chiang mencatat bahwa profitabilitas bisa dicapai dengan menstabilkan tingkat harga berkelanjutan, dan bukan melakukan pengurangan harga untuk mendapatkan pangsa pasar.
"Menambah kapasitas bisa memperburuk situasi. Jika merger dan akuisisi lebih banyak dilakukan, maka jumlah perusahaan memang akan lebih sedikit tapi stabil, barulah pengurangan harga bisa meringankan, "kata Chiang.
Pelayaran adalah jenis industri yang dikenal paling lama membuka diri ke era digital. Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, cepat atau lambat pelayaran harus merangkul teknologi dan metodologi baru.
"Hanya mereka yang melakukan transisi model bisnis mereka akan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup." tutup Lane. (marloft/syam)