Apple Ancam Keluarkan Uber Dari App Store
Senin, 24 April 2017, 09:45 WIBBisnisnews.id - Uber telah lama menjadi tersangka atas dugaan pelacakan pengguna di iOS, dimana Uber akui sendiri hal itu tahun lalu. Berita menghebohkan dari The New York Times membeberkan detail tentang kebiasaan Uber dalam pelacakan lokasi, dan bagaimana mereka hampir dilarang meneruskan aplikasi dari App Store.
Berita profil tersebut mencakup berbagai hal berbeda tentang Uber, namun berita yang paling mengejutkan adalah sejauh mana Uber berusaha mengelabui insinyur Apple. Apa yang Uber lakukan adalah memberikan identitas secara persisten ke iPhone melalui sepotong kode kecil, biasa disebut sebagai "sidik jari." Taktik ini sepenuhnya melanggar peraturan Apple karena perusahaan yakin bahwa perangkat seharusnya tidak menawarkan jejak Identifikasi pemilik setelah dihapus
Inilah cara Uber bermanuver di seputar peraturan ini:
Kalanick memberi tahu para insinyurnya untuk "geofence" markas Apple di Cupertino, California. Geofence adalah salah satu fitur GPS Tracker yang berfungsi untuk memberi pagar pada suatu wilayah, hal ini dimaksudkan agar user GPS Tracke dapat mengontrol bahwa kendaraanya tidak keluar dari batas yang sudah ditentukan. Uber kemudian akan mengaburkan kodenya dari orang-orang di dalam area geofenced itu, sehingga karyawan Apple tidak dapat melihat sidik jari Uber.
Bagaimanapun, tidak butuh waktu lama bagi Apple dan insinyurnya untuk mengikuti taktik Uber dan CEO Apple, Tim Cook memanggil CEO Uber, Travis Kalanick untuk menemuinya di kampus Apple. Kabarnya Cook membuka pertemuan itu secara sederhana, "Jadi saya dengar Anda telah melanggar beberapa peraturan kami."
Dia kemudian menuntut agar Uber menghentikan sidik jari dan mengembalikan aplikasinya sesuai dengan pedoman privasi Apple. Konsekuensi bila menolak permintaan Cook ini, Uber akan dikeluarkan dari App Store.
Bagi Kalanick, jika aplikasi Uber dicabut dari App Store maka akan kehilangan akses ke jutaan pelanggan iPhone - yang pada dasarnya menghancurkan bisnis perusahaan aplikasi transportasi itu. Kalanick menyetujuinya.
Desember 2016, Uber dituduh melacak pelanggan selama beberapa minggu setelah melakukan perjalanan terakhir mereka. Sementara Uber menjelaskan bahwa perusahaan masih memiliki beberapa masalah dengan data lokasi. (marloft)