BJ Habibie, Sosok Idola Kaum Milenial di HIPMI
Jumat, 13 September 2019, 07:04 WIBBisnisNews.id -- Bangsa Indonesia berduka. Presiden Ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meninggal dunia di Jakarta pada usia 83 tahun. BJ Habibie sempat dirawat intensif di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat sejak Minggu (8/9/2019) kemarin.
Bacharuddin Jusuf Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, meninggalkan kenangan mendalam bagi bangsa Indonesia. Tak hanya tokoh tua, tokoh-tokoh muda pun banyak merasa kehilangan. Salah satunya adalah Mardani H Maming, mantan Bupati Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), yang pernah tercatat sebagai Bupati termuda di Indonesia mengatakan BJ Habibie adalah sosok yang dia idolakan sejak kecil.
"Beliau adalah Presiden pertama di Indonesia yang berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mengembangkan tekhnologi tingkat tinggi (hi tech), dengan keberhasilannya membangun industri pesawat terbang," ujar Mardani, di Jakarta, kemarin.
Menurut Mardani, yang pernah menjadi bupati selama dua periode dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), BJ Habibie sampai saat ini masih menjadi idola kaum milenial di Indonesia.
Menurut Mardani, yang merupakan salah satu kandidat calon Ketua Umum (Caketum) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), BJ Habibie yang merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo, adalah sosok yang patut diteladani oleh seluruh lapisan bangsa ini.
Baik keteladanan dalam membina rumah tangga maupun keteladan sebagai pemimpin bangsa. Kisah cinta BJ Habibie dengan Ainun yang haru-biru dan keberhasilannya membina rumah tangga yang harmonis dan awet menjadi inspirasi dan teladan seluruh keluarga Indonesia.
Selain itu, ambisinya untuk mengembangkan teknologi yang tak berujung juga layak menjadi teladan, dan pantas ditiru oleh generasi muda Indonesia Menurut Mardani, sebagai presiden BJ Habibie juga dinilai berhasil membuka alam demokratisasi di Indonesia.
"Kita teringat 21 tahun lalu, pada 11 Maret 1998, kala MPR memilih dan melantik Habibie sebagai wakil presiden. Beliau mengemban jabatan itu di masa-masa paling genting menjelang Reformasi. Dua bulan kemudian, pada 21 Mei, Soeharto mengundurkan diri dan beliau menggantikannya. Itu tentu saja masa-masa sulit yang harus dilaluinya," tambah Mardani yang dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses.
Dikatakannya, masa jabatan BJ memang tak lama, sekira 17 bulan. Tapi beban yang ia tanggung sepeninggal Soeharto bukan perkara mudah. Setidaknya, kata Mardani, ada lima isu besar menghadangnya saat itu, yaitu reformasi, masa depan ABRI, menyelesaikan pergolakan di daerah yang ingin lepas dari RI, pengadilan Soeharto, dan tentu saja pengentasan Indonesia dari krisis ekonomi tapi ternyata BJ Habibie berhasil melalui tantangan itu dengan baik.
Dalam masa kepresidenannya, kewenangan ABRI yang demikian luas di zaman Orde Baru berhasil dipangkas, terutama di bidang politik. "Tak hanya itu, beliau pun berhasil mengatasi krisis ekonomi yang parah saat itu," tandas Mardani.(helmi)