BPOM RI Gelar Pertemuan Para Kepala BPOM OKI
Senin, 19 November 2018, 16:26 WIBBisnisnews. id - Badan Pengawas Obat dan Makanan ((BPOM) RI akan menggelar pertemuan para Kepala BPOM Negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) 20-21 November 2018 di Fairmont Hotel, Jakarta.
Kegiatan yang diselenggarakan pertama kali ini menurut Kepala BPOM RI, Penny K. Lukoto, sebanyak 32 negara dari 57 negara anggota OKI telah dikonfirmasi siap hadir.
Tema yang diusung 'Perkuatan Kolaborasi antar Kepala Otoritas Regulatori Obat Negara OKI menuju Kemandirian Obat dan Vaksin' ini bertujuan menghasilkan kesepakatan terkait strategi perkuatan kolaborasi otoritas regulatori obat negara OKI dalam rangka mempercepat kemandirian obat dan vaksin di negara OKI.
"Pertemuan Kepala Otoritas Regulatori Obat ini sangat penting dan strategis sebagai forum berbagi pengetahuan, bertukar informasi, dan membangun jejaring dalam menjalankan fungsi regulatori mewujudkan ketersediaan obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu," kata Penny, dalam jumpa pers Senin (19/11/2018) di Jakarta.
Indonesia dinilai memiliki peran kepemimpinan yang penting (leading role) dalam mendorong kerjasama yang strategis di bidang obat untuk kepentingan rakyat di negara anggota OKI.
“Sekretaris Jenderal OKI, Dr. Yousef A. Al-Othaimeen, telah merespon positif solidaritas BPOM RI untuk berkolaborasi membantu meningkatkan kapasitas regulasi dan produksi industri farmasi dalam memenuhi kemandirian dan keterjangkauan obat termasuk vaksin di negara anggota OKI,” ujar Penny.
Selain itu, pertemuan ini juga telah didukung penuh oleh negara anggota OKI. Mereka menyambut baik tawaran Indonesia, dalam hal ini BPOM RI, untuk menyelenggarakan pertemuan penting ini.
Tidak hanya Sekretaris Jenderal OKI, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pun menyatakan dukungan penuhnya terhadap pertemuan ini. Kementerian Luar Negeri akan memberikan dukungan dan bantuan penuh pada acara pertemuan OKI tersebut, antara lain terkait persidangan, negoisasi, dan lainnya. Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri juga mendorong BPOM RI untuk terus mendukung program pengembangan kapasitas bagi Palestina di bidang pengawasan obat.
Dalam pertemuan nanti, setidaknya akan dilaksanakan enam Working Sessions yang membahas isu-isu terkait penguatan fungsi sistem regulatori obat dan kolaborasi strategis Otoritas Regulatori Obat untuk mewujudkan ketersediaan dan kemandirian (self-reliance) dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan, termasuk vaksin yang aman, berkhasiat, bermutu, serta terjangkau bagi rakyat di negara anggota OKI.
Saat ini Indonesia yang diwakili PT. Bio Farma telah menerima status Pre-Qualification WHO (PQ-WHO), yaitu syarat pemenuhan standar mutu, keamanan, dan penggunaan secara internasional untuk produksi vaksin, untuk tidak kurang dari 10 produk-produk vaksin.
Indonesia juga patut berbangga karena memiliki jumlah produk vaksin terbanyak yang telah memperoleh PQ-WHO sejak tahun 1997, dibandingkan dengan Senegal yang hanya memiliki 1 (satu) produk vaksin mendapat PQ-WHO. Produk-produk lain yang sedang dikembangkan oleh Bio Farma: Vaksin rotavirus dan vaksin pneumococcal. Selain vaksin Bio Farma juga melakukan riset pengembangan protein rekombinan.
Di sela-sela pertemuan akan diselenggarakan pameran produk obat, obat tradisional, kosmetik, dan makanan dari perusahaan dalam negeri dan negara anggota OKI, bilateral meeting antar negara anggota OKI, business forum (workshop), Business to Business Meeting, serta site visit ke industri obat dan vaksin (Bio Farma), serta kosmetik halal makanan di Jakarta dan Bandung.(Hedi Suryono)