China Balas Kenaikan Tarif Baja Dan Aluminium AS
Senin, 02 April 2018, 10:53 WIBBisnisnews.id - China pada hari Senin 2 April mengenakan kenaikan tarif terhadap 128 impor AS senilai 3 miliar dolar, termasuk buah-buahan dan daging babi, sebagai pembalasan atas kenaikan baja dan aluminium asal Beijing.
Langkah China, yang dikatakan oleh kantor berita Xinhua, diputuskan oleh komisi tarif khusus Dewan Negara, yang telah menimbulkan kekhawatiran perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Pemerintahan Trump mengatakan kenaikan impor baja dan aluminium dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS, tetapi Kementerian Perdagangan China pada Senin 2 April menyebut alasan itu sebagai penyalahgunaan pedoman Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Langkah-langkah AS diarahkan hanya pada beberapa negara, melanggar prinsip non-diskriminasi sebagai landasan dari sistem perdagangan multilateral, yang secara serius melanggar kepentingan pihak China," kata pernyataan di situs web Kementerian Perdagangan.
Beijing telah memperingatkan bulan lalu bahwa mereka sedang mempertimbangkan tarif 15 persen dan 25 persen pada berbagai produk yang juga termasuk anggur, kacang dan skrap aluminium. Mereka mulai berlaku pada hari Senin, mengutip pernyataan pemerintah.
AS sendiri sebelumnya mengenakan tarif 10 persen pada aluminium dan 25 persen pada baja yang juga membuat marah sekutu AS.
"Kami berharap bahwa Amerika Serikat dapat menarik langkah-langkah yang melanggar aturan WTO sesegera mungkin untuk menempatkan perdagangan dalam produk yang relevan antara China dan AS kembali pada jalur normal," kata pernyataan Kementerian Perdagangan.
"Kerja sama antara China dan Amerika Serikat, dua ekonomi terbesar dunia, adalah satu-satunya pilihan yang benar."
Trump untuk sementara menangguhkan tarif untuk Uni Eropa serta Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan.
Tapi Gedung Putih telah mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif baru pada impor Cina sekitar 60 miliar dolar atas pencurian kekayaan intelektual.
Dilansir AFP, Cina telah meminta Amerika Serikat untuk menghentikan intimidasi ekonomi dan telah memperingatkan bahwa pihaknya siap untuk membalas. (marloft)