China Transformasi Bisnis Truk
Sabtu, 02 Desember 2017, 00:32 WIBBisnisnews.id - Industri truk adalah industri yang sering dianggap kotor, kurang teknologi dan tidak efisien. Bahkan saat China merangkul aplikasi transportasi online, pengiriman via drone, membangun jaringan bandara dan rel berkecepatan tinggi, tetap masih bergantung pada truk jarak jauh untuk membawa 80 persen muatannya.
Namun dengan perkiraan nilai pasar sebesar 750 miliar dolar, teknologi telah mengubahnya. Pekan ini, dua aplikasi terbesar di China membuat layanan seperti Uber dengan para pengemudi truk dan pemilik kargo sepakat bergabung. Hal ini diharapkan mengurangi penundaan, mengurangi polusi dan memperbaiki kehidupan bagi 30 juta pengemudi truk di China. Ini juga bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan sistem transportasi baru revolusioner.
Kondisi tahun-tahun awal transformasi ekonomi China dan keputusan pemerintah untuk membubarkan monopoli truk milik negara membuat jutaan pengusaha membeli truk dan memacetkan jalan. Pada 2012, ada 9 juta perusahaan angkutan truk di China, 6 juta di antaranya hanya memiliki satu truk.
Bagi pengemudi ini, menemukan angkutan kargo masih menjadi perjuangan. Biasanya, mereka berafiliasi dengan perusahaan yang lebih besar atau mampir ke pasar barang di mana pekerjaan angkutan ditulis di papan oleh pialang kecil. Menemukan kargo menguntungkan bisa berjam-jam dan melibatkan negosiasi yang menyakitkan. Kemudian pengemudi harus menghadapi lalu lintas padat China untuk mengambil barangnya, menghabiskan berjam-jam menunggu sampai barang itu dimuat, lalu berangkat lagi.
Ketidakefisienan ini menghabiskan biaya tinggi. Sebuah truk yang tidak mengangkut kargo kehilangan uang, 40 persen waktu terbuang dan polusi dalam jumlah besar. Perusahaan Uber-for-Trucking terbesar di China, Truck Alliance Inc., juga dikenal sebagai Huochebang, mengatakan bahwa sistem pengirimannya menghemat biaya lebih dari 9 miliar dolar atas bahan bakar pada tahun 2016, dan mengurangi lebih dari 33 juta ton emisi karbon.
Tapi mungkin biaya terbesar dari semua truk kosong adalah ekonomi. Sektor truk China dikombinasikan dengan jalan tol mahal adalah alasan utama mengapa produk ini menyumbangkan 14,9 persen PDB terhadap biaya logistik pada tahun 2016, menempati peringkat 27 di Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia, sedangkan di AS hanya 7,5 persen dari PDB.
Memperbaiki angka-angka tersebut merupakan prioritas utama pemerintah China, dan merger Huochebang minggu ini dengan Yunmanman, saingannya seharusnya bisa membantu mencocokkan pengemudi dengan muatan jauh lebih efisien dan dalam skala besar. Pada bulan Juli, Huochebang bekerja sama dengan 4,5 juta kendaraan terdaftar dan 880.000 pemilik kargo.
Tapi merger juga menghasilkan tujuan yang jauh lebih luas yaitu pengembangan "internet kendaraan." Idenya adalah agar setiap kendaraan di jalan China melaporkan lokasinya dan, pada gilirannya, menerima data yang berkaitan dengan lokasi kendaraan lain, sehingga mengurangi kemacetan, meningkatkan keamanan dan memperlancar rantai pasokan.
Ini adalah langkah penting yang direncanakan secara terpusat dalam nantinya pengembangan mobil yang bisa mengemudikan sendiri. Pengembangan tidak akan berhasil jika jalan raya China macet dengan jutaan pengemudi truk independen.
Merger minggu ini memecahkan banyak masalah itu. Menciptakan sebuah perusahaan dengan skala untuk merasionalisasi industri yang tidak efisien dan sering kacau. Pemerintah mendapat agen pengiriman terkomputerisasi yang dapat diintegrasikan ke dalam rencana yang lebih luas.
Dan ini mungkin merupakan langkah awal untuk menciptakan jaringan transportasi nasional transformatif, yang bisa mendorong truk-truk China yang bergerak cepat ke masa depan. (Adam Minter / [email protected])