Dirut Garuda Enggan Tanggapi Penilaian, Memilih Blak-blakan Soal Pesawat Rusak
Rabu, 22 Mei 2024, 20:13 WIBBISNISNEWS.id - Direktur utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menolak menanggapi soal kritikan, penilaian kinerja turun, OTP rendah dan teguran dari Kementerian Agama, terkait angkutan haji
Irfan mengatakan, lebih fokus kepada penyelesaian masalah dan telah memerintahkan seluruh anak buahnya untuk tidak membuang energi dengan mencari penyebab dan saling tuding.
" Kita positif thinking aja. Saya bukan cuma teguran dalam bentuk tertulis tapi WhatsApp dan segala macam sudah saya terima aja bagian dari risiko jabatan kan. tapi lebih bagus kita fokus ke solusi. karena in the end of the day ini buat jemaah gitu kan," jelas Irfan pada awak media, Rabu (22/5/2024) usai menghadiri RUPST, Tahun Buku 2023.
Baca Juga
Juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie dalam keterangan tertulisnya menilai kinerja pelayanan angkutan haji Garuda gagal. Sejumlah fajta-fakta yang dijelaskan diantaranya, selain kerusakan mesin pesawat beberapa saat setelah lepas landas, juga insiden tertinggalnya kursi roda, tas jamaah dan keterlambatan penerbangan atau OTP hanya 47,5 persen.
Total, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Yakni dengan rincian dari 80 persen penerbangan 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit.
Berdasarkan fakta tersebut, Kementerian Agama menilai, kinerja pelayanan maskapai Garuda Indonesia kian buruk, dan belum ada upaya perbaikan pasca dilayangkannya surat teguran pada 16 Mei 2024.
Percikan Api
Terkait percikan api pada mesin pesawat haji di Makassar, Irfan menjelaskan, kelaikan armada yang disewa dari pihak ketiga bukan berdasarkan usia, tapi perawatan.
Soal percikan api dan sebagainya, diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang, yakni pihak KNKT yang tengah melakukan investigasi.
Ditanya awak media pesawat yang sudah berusia 20 tahun dan mengalami kerusakan saat mengangkut jemaah haji dari Makassar ke Madinah, apakah akan dilakukan penggantian ? Irfan mengatakan, itu pesawat wet lease atau sewa selama tiga bulan selama musim haji dari pihak ketiga.
" Karena ini wet lease , itu pesawat full tanggungjawab si pemilik Jadi kita sewa semuanya, termasuk maintenancenya," kata Irfan.
Dijelaskan, saat memutuskan akan menggunakan pesawat itu, disesuaikan dengan aspek yang diminta oleh Kementerian Agama. Diantaranya kapasitas penumpang.
Selanjutnya melakukan pengecekan ke lokasi pesawat tersebut berada bersama-sama dengan pejabat dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian pesawat (DKPPU) Kementerian Perhubungan.
Ketika akan digunakan, tergantung dari persetujuan DKPPU. " Jadi, walaupun kita bilang bahwa ini pesawat serviceable, bisa dipakai segala macam, kalau DKPPU tidak memberikan sinyal bisa, enggak bisa, ya tidak jadi," jelas Irfan.
Pertanyaannya, lanjut Irfan, di pesawat itu usia bukan masalah, yang paling penting dirawat dengan baik. " Pada waktu pemeriksaan yang kita lakukan juga tim melakukan itu juga melihat record maintenance-nya. Jadi semuanya oke, makanya kirimannya kita melakukan engagement dengan pemilik pesawat untuk kita pakai pesawat itu dan kemudian dibawa ke Makassar," jelas Irfan.
Semua pesawat di Garuda, setiap akan terbang l,selalu diperiksa, dilakukan pengecekan.B" Nah waktu take off muncul lah percikan api gitu kan. jadi pertanyaannya sekarang adalah kenapa muncul itu? Ya sekarang sedang diinvestigasi oleh banyak pihak," jelas Irfan.
Tim yang melakukan investigasi pesawat tersebut ialah, investigator KNKT Indonesia, NTSC (KNKT Amerika), pihak Boeing, pihak Pratt & Whitney, untuk type engine-nya.
" Ini masih dalam investigasi, apakah penyebabnya disebabkan oleh dari dalam pesawat dalam engine atau dari luar. Karena banyak kejadian di Indonesia ini engine itu bermasalah karena subjek dari luar seperti burung dan di beberapa kasus layangan pada waktu take off gitu kan," ungkap Irfan..
Namun kesimpulan sementara hasil investigasi, kerusakan itu bukan disebabkan dari luar, tapi dari dalam mesin itu sendiri. " Nah ini perlu lebih banyak investigasi dan kita serahkan sama pihak yang lebih ahli lah soal itu dan kita nggak utak-utik itu. Ini nanti pasti akan keluar persis dengan beberapa accident di Indonesia kan selalu ada pihak independen yang melakukan analisa terhadap penyebabnya," tuturnya.
Kata Irfan, yang paling penting sekarang ini ialah, pesawat tersebut bisa terbang kembali, dengan beberapa pemeriksaan internal dan DKPPU.
" Bila belum dapat persetujuan untuk bisa terbang, ya kita selesaikan dengan menggunakan pesawat yang kita miliki, yang tentu saja akan sedikit mengganggu penerbangan reguler," jelasnya.
(Syam)