Dolar AS Menguat di Tengah Pandemi Covid-19
Jumat, 17 April 2020, 08:30 WIB
BisnisNews.id - Di tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19), diiringi meroketnya pengangguran dan terpuruknya bisnis ritel di banhak negara, namun kurs dolar AS menguat.
Banyak investor berusaha mencari perlindungan aset untuk mengantisipasi krisis berkepanjangan. Dolar AS menjadi salah satu solusi.
Kemarin, Presiden AS Donald Trump menyampaikan akan mengumumkan pedoman pembukaan kembali perekonomian negara.
Wilson, Ketua pendapatan tetap global di Goldman Sachs Asset Management, Wilson menjelaskan, dalam jangka pendek, dolar diperkirakan akan tetap kuat karena statusnya sebagai safe-haven di tengah semakin tidak menentunya ekonomi global.
Greenback telah naik secara luas selama krisis karena investor berebut untuk berlindung di mata uang cadangan dunia, meskipun turun dari tertinggi akhir Maret sejak Federal Reserve AS mengeluarkan serangkaian langkah-langkah untuk mendukung perekonomian.
Kurs dolar AS naik mencapai level tertinggi satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor memburu aset safe haven setelah rilis data pengangguran mingguan AS yang menunjukkan rekor 22 juta orang Amerika telah mencari tunjangan pengangguran pada bulan lalu.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya, menguat 0,45 persen menjadi 100,08, tertinggi satu minggu, setelah menghentikan penurunan beruntun empat hari, sehari sebelumnya karena kenaikan pasar ekuitas meleset.
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 1,370 juta menjadi 5,245 juta yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 11 April, kata pemerintah. Rekor pengajuan pengangguran menggarisbawahi kemerosotan ekonomi semakin dalam yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Sementara itu, mata uang Euro kembali menurun terhadap Dolar AS atau melemah 0,72 persen pada 1,083 Dolar AS, ketika kesepakatan setengah triliun Euro dicapai antara pemerintah Zona Euro minggu lalu untuk mendukung negara-negara mengatasi wabah virus corona yang secara luas dipandang sebagai tidak cukup, terutama untuk yang sarat utang seperti Italia.
Pelemahan juga terjadobpada mata uang Yen 0,25 persen terhadap Dolar, set3lah Jepang memperpanjang keadaan darurat di luar kota-kota besar seluruh negara.(*/Ari)
*Sumber Antara