Dolar Menguat Sedangkan Euro Melemah
Selasa, 05 Februari 2019, 10:37 WIBBisnisnews.id - Euro melemah sedangkan Dolar AS menguat pada minggu pertama atau Selasa (5/2/2019) pagI WIB akibat pengaruh sistem penggajian jumat (1/2) dan peningkatan selera risiko membantu mengangkat greenback ke level tertinggi terhadap mata uang safe-haven yen.
Euro melemah karena para investor resah atas risiko-risiko ekonomi terhadap ekonomi zona euro, sementara kekhawatiran tentang rencana Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa menyeret mata uang pound lebih rendah.
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap euro, yen, pound Inggris dan tiga mata uang utama lainnya, naik 0,28 persen menjadi 95,843.
Lepala strategi pasar di Cambridge Global Payments Karl Schamotta, di Toronto seperti dikutip dari Reuters melaporkan Dolar memenangkan kontes kecantikan terbalik.
"Ini didukung dalam lanskap imbal hasil yang menurun oleh angka penggajian (payroll) non pertanian yang lebih baik dari perkiraan serta Anda melihat sedikit selera risiko sedang kembali," katanya.
Sebuah laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (1/2) menunjukkan penggajian non pertanian melonjak sebesar 304.000 pekerjaan pada bulan lalu, melebihi perkiraan dan kenaikan terbesar sejak Februari 2018.
Angka aktivitas manufaktur ISM untuk Januari juga lebih baik dari yang diharapkan, menunjukkan kekuatan yang mendasari ekonomi terbesar di dunia tersebut.
"Angka penggajian yang kuat pada Jumat (1/2) lalu membantu mendukung tindakan dolar AS `bullish`, karena pertumbuhan AS tetap cukup kuat," Dean Popplewell, kepala strategi mata uang di Oanda mengatakan dalam sebuah catatan.
Sentimen dolar AS telah mengalami putaran balik dalam beberapa hari terakhir dengan data Eropa yang lemah dan meningkatnya stimulus di China meningkatkan permintaan untuk greenback, meskipun ada indikasi dari Federal Reserve AS bahwa kenaikan suku bunga mungkin sudah berakhir untuk saat ini.
Dengan sebagian besar pasar Asia ditutup oleh hari libur minggu ini, dolar AS juga dipengaruhi oleh pembicaraan perdagangan yang baru-baru ini berakhir antara China dan Amerika Serikat.
Terhadap yen Jepang, yang cenderung diuntungkan selama tekanan geopolitik atau finansial karena Jepang adalah negara kreditor terbesar di dunia, dolar AS sempat naik di atas 110 yen, untuk pertama kalinya sejak 31 Desember.
"Itu menunjukkan bahwa kita sedang melihat semacam `false dawn` (situasi menjanjikan yang tidak menghasilkan apa-apa) dalam ekonomi Jepang, bahwa ekspektasi pertumbuhan mungkin telah tergeser sedikit terlalu tinggi terutama dibandingkan dengan apa yang kita lihat di Amerika Serikat," kata Schamotta.
Sterling naik setelah sebuah laporan surat kabar mengatakan bahwa barang yang dikirim ke Inggris dari Uni Eropa dapat abaikan tanpa pemeriksaan jika "tidak ada kesepakatan" Brexit, sebelum melepaskan semua keuntungannya menjadi diperdagangkan 0,34 persen lebih rendah terhadap dolar AS.
Kekhawatiran di kalangan investor tentang kekacauan Brexit tanpa kesepakatan tetap menjadi pendorong utama untuk mata uang Inggris.
Dolar Kanada melemah terhadap mitra AS, membalikkan beberapa reli minggu lalu, karena harga minyak jatuh dan greenback naik secara luas.(Antara/Jam)