Gempa Megahtrust Menjadi Ancaman Serius dan Mengerikan Untuk Pelayaran Serta Masyarakat Pesisir
Kamis, 17 Oktober 2024, 08:29 WIBBISNISNEWS.id - Menyusul peringatan BMKG soal gempa Megahtrust di wilayah perairan Indonesia yang berdampak serius terjadinya tsunami yang sangat membahayakan keamanan dan keselamatan pelayaran, mendapatkan perhatian serius sejumlah lembaga terkait.
Salah satunya adalah Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, yang mengarahkan seluruh jajarannya di sektor transportasi laut pada seluruh wilayah perairan untuk bersikap waspada.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Antoni Arif Priadi menyampaikan bahwa langkah utama mengantisipasi jika terjadi gempa megathrust adalah adanya mitigasi yang terencana dengan baik dan efektif.
Langkah ini ungkapnya, bukan hanya melindungi keselamatan pelayaran, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekonomi maritim Indonesia, serta memberikan keamanan bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada laut.
Tanpa langkah mitigasi yang memadai, keselamatan pelayaran di wilayah-wilayah strategis akan sangat terganggu.
"Begitu juga ekonomi maritim Indonesia, yang menjadi tulang punggung bagi perdagangan dan logistik antar pulau dan internasional, juga akan terkena dampak serius. Kondisi ini dikarenakan adanya gangguan pada rantai logistik mengingat banyaknya pelabuhan dan jalur pelayaran kita berada di kawasan yang rentan terhadap bencana ini,” ujar Capt. Antoni dihadapan peserta Focus Group Discussion (FGD) Mitigasi Aspek Kenavigasian Terhadap Potensi Gempa Megathrust, yang digelar Distrik Navigasi Kelas III Tanjung Intan Cilacap di Hotel Aston Purwokerto, pada Rabu (16/10/2024).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kenavigasian, Capt. Budi Mantoro mengatakan bahwa letak geografis Indonesia yang berada pada lempeng tektonik dunia dapat memicu terjadinya gempa megathrust.
Tentunya ini bukan situasi yang menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara maritim mengingat potensi dari gempa megathrust dapat berdampak pada tsunami yang sangat membahayakan semua aspek kehidupan termasuk ancaman terhadap keamanan dan keselamatan pelayaran.
“Tentunya kita semua tidak berharap dan tidak ingin peristiwa kelam yang pernah terjadi beberapa tahun silam di Indonesia akibat bencana gempa dapat terulang kembali,” kata Capt Budi Mantoro.
Kata dia mitigasi sangat penting untuk mengantisipasi dampak potensi gempa megathrust .
Sementara itu, Kepala Distrik Navigasi Tipe A Kelas III Tanjung Intan, Cilacap, Dian Nurdiana dalam laporannya mengatakan bahwa Distrik Navigasi Tanjung Intan memiliki peran strategis dalam mendukung aspek keselamatan pelayaran di wilayah perairan selatan Indonesia.
Wilayah kerjanya mencakup Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang terdiri dari menara suar, rambu suar, dan pelampung suar, yang menjadi panduan vital bagi kapal-kapal yang melintasi jalur-jalur strategis.
“Pada tahun 2023 saja, pihaknya telah memantau sekitar 1.500 kapal passing dan 1.800 kapal visit melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) di Cilacap, Pacitan, dan fasilitas milik Pertamina Trans Kontinental. Selain itu, Distrik Navigasi Tanjung Intan juga bertanggung jawab mengawasi Terminal Khusus (Tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang tersebar mulai dari pesisir Selatan Banten hingga Pacitan, Jawa Timur,” jelas Dian.
Terkait hal ini, maka melalui FGD kali ini diharapkan dapat merumuskan rekomendasi kebijakan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) keselamatan navigasi pelayaran dalam menghadapi potensi gempa megathrust, menetapkan langkah-langkah mitigasi (pra/pasca megathrust) yang tepat guna memastikan normalisasi pelayanan jasa keselamatan pelayaran dapat berjalan normal, meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, serta memperkuat kolaborasi seluruh stakeholder terkait dalam merespon apabila potensi gempa megathrust terjadi.
(*/Syam)