Harga Minyak Dunia Cenderung Menurun
Rabu, 28 Maret 2018, 11:38 WIBBisnisnews.id - Akibat pengaruh pasar equitas dan meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat, menjadi salah satu penyebab harga minyak menurun tipis pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB (28/3/2018).
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, sempat menyentuh 71 dolar AS per barel sebelum turun, dan menetap satu sen AS lebih rendah pada 70,11 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, dalam apa yang para pedagang sebut sebagai profit taking setelah beberapa hari menguat.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Mei, turun 30 sen AS menjadi menetap di 65,25 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Dalam perdagangan elektronik pasca-penyelesaian (penutupan), ketika volume lebih tipis, harga untuk kedua acuan minyak tergelincir bersama pasar ekuitas, dan kemudian turun lagi setelah kelompok industri American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak AS.
Pada satu titik, WTI jatuh lebih dari satu dolar AS. WTI diperdagangkan pada 64,69 dolar AS per barel, turun 86 sen, pada pukul 16.42 waktu setempat (20.42 GMT).
Persediaan minyak mentah AS naik 5,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 23 Maret, menjadi 430,6 juta barela, kata API. Persediaan AS diperkirakan turun 287.000 barel, Departemen Energi AS akan merilis angkanya pada Rabu pagi waktu setempat.
Sementara itu, dolar AS "rebound" dari level terendah lima minggu sebelumnya karena ketegangan perdagangan berkurang. Penguatan greenback membuat komoditas berdenominasi dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Indeks dolar AS mencuat dan itu mungkin membebani harga," kata Phillip Streible, ahli strategi pasar senior di RJO Futures di Chicago.
Harg Brent telah meningkat lebih dari lima persen bulan ini, sementara WTI naik lebih dari empat persen. Mereka berada di jalur untuk kenaikan kuartalan ketiga berturut-turut, yang terakhir terjadi pada 2010.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan negara-negara produsen lainnya sepakat lebih dari setahun lalu untuk mengurangi pasokan.
Kesepakatan itu akan berakhir pada akhir tahun ini, tetapi Putera Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengatakan kepada Reuters bahwa OPEC dan Rusia bekerja pada kesepakatan untuk bekerja sama selama 10 hingga 20 tahun lagi, meskipun itu tidak secara khusus berarti pemotongan akan terus berlanjut selama itu.
Namun, para analis mengatakan kekuatan pasar saat ini mungkin tidak bertahan lama. Analis Barclays Research mengatakan mereka memperkirakan defisit pasokan beberapa bulan terakhir akan memberi jalan bagi surplus pada kenaikan produksi AS. (Reuters).