Harga Minyak Mentah Kembali Naik
Rabu, 13 Maret 2019, 09:17 WIBBisnisnews.id - Harga minyak kembali naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menyusul rencana kerajaan Arab Saudi memangkas ekspor minyak April mendatang.
Terkait rencana itu, pemerintah Amerika Serikat juga ikut mengurangi
perkiraannya untuk pertumbuhan produksi minyak mentah domestik.
Seorang pejabat Arab Saudi Senin (11/3/2019) mengatakan bulan depan pemerintah kerajaan berencana mengurangi ekspor minyak mentahnya menjadi di bawah tujuh juta barel per hari (bph), sambil menjaga produksinya jauh di bawah 10 juta barel per hari.
Laporan Reuters seperti dikutif Antara menyebutkan, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 0,08 dolar AS atau 0,10 persen menjadi menetap pada 56,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 0,09 dolar AS atau 0,10 persen menjadi ditutup pada 66,67 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sejak awal tahun, kedua acuan harga minyak telah meningkat sekitar 25 persen.
Minyak mentah telah didukung sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, kembali ke pemotongan pasokan pada 1 Januari. Kelompok itu, yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari selama enam bulan.
Arab Saudi secara sukarela mengurangi pasokannya lebih besar dari kesepakatan yang disyaratkan dan pada April akan mempertahankan produksinya "jauh di bawah" 10 juta barel per hari, kata pejabat Saudi - kurang dari 10,311 juta barel per hari yang telah disepakati oleh kerajaan untuk diproduksi.
Pada Minggu (10/3), Menteri Perminyakan Saudi Khalid al-Falih mengatakan akan terlalu dini untuk mengubah kebijakan produksi OPEC+ pada pertemuan kelompok tersebut pada April.
Uni Emirat Arab pada Februari melampaui target OPEC untuk pengurangan produksi minyaknya, mencapai 119 persen dari targetnya, menteri energi negara itu mengatakan pada Selasa (12/3/2019) di sebuah konferensi energi.
Sejumlah pembatasan pasokan tidak disengaja di anggota OPEC, yang disebabkan oleh kerusuhan di Libya dan sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela, juga telah mendorong harga minyak.
Selain itu, perusahaan minyak Venezuela yang dikelola negara, PDVSA, tidak dapat melanjutkan ekspor minyak mentah dari pelabuhan utama sejak pemadaman listrik pekan lalu, orang-orang yang mengetahui masalah ini mengatakan pada Senin (11/3/2019).
Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah domestik diperkirakan akan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya pada 2019, rata-rata sekitar 12,3 juta barel per hari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan.
"Bagian dari melawan upaya-upaya OPEC+ adalah gagasan tentang pertumbuhan tanpa henti dalam produksi minyak AS, terutama serpih. Laporan EIA mengekang beberapa di dalamnya, dan laporan itu mendukung dalam hal itu," kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital LLC di New York.
Namun EIA memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia 2019 sebesar 40.000 barel per hari menjadi 1,45 juta barel per hari.
Persediaan minyak mentah AS turun 2,6 juta barel dalam sepekan yang berakhir 8 Maret menjadi 449 juta barel, kata kelompok industri American Petroleum Institute (API), Selasa (12/3/2019). Analis memperkirakan peningkatan 2,7 juta barel.(*/Jam)