Infrastruktur Transportasi Dan Harapan Warga di Daerah Perbatasan Kalimantan
Senin, 25 November 2019, 07:19 WIBBisnisNews.id -- Data dari Dinas Bina Marga Kab. Mahakam Ulu, menyebutkan secara keseluruhan panjang ruas jalan sekitar 737,587 kilometer. Jalan tersebut terdiri ruas Jalan Poros Batas Kutai Barat – Mahakam Ulu sampai Ujoh Bilang 145,596 kilometer, ruas Jalan Poros Ujoh Bilang sampai dengan Batas Negara 282,535 kilometer.
“Sisanya 309,456 kilometer merupakan jalan lokal dan lingkungan primer serta kolektor primer lainnya. Ruas jalan dengan kondisi baik 46,9 kilometer (6,3 persen), ruas jalan dengan kondisi sedang 19,71 kilometer (2,6 persen). Sementara ruas jalan yang rusak ringan sampai dengan rusak berat 670,98 kilometer. Ruas jalan beraspal hanya 18 kilometer (2,4 persen),” kata pengamat transportasi Unika Soegijopranoto Semarang Djoko Setijowarno di Jakarta.
Di samping itu, lanjut dia, masih ada jalan sejajar perbatasan Kalimantan yang melintas di Kab. Mahakam Ulu. Menurut data P2JN per 1 April 2019, ruas Batas Kalbar - Tiong Ohang - Long Pahangai - Long Boh sepanjang 243,34 kilometer. Kondisi permukaan agregat 128,24 kilometer (52,7 persen) dan tanah 115,10 kilometer (47,3 persen).
Masalah yang dihadapi masyarakat khususnya Pemkab Mahakam Ulu Kaltim, jelas Djoko, karena cukup banyak aliran sungai, terdapat 11 unit jembatan bailey, 23 unit jembatan dari kayu log dengan kondisi rusak parah, 8 unit jembatan girder, 2 unit jembatan beton, 1 unit jembatan tipe aramco, 11 unit jembatan rangka baja, 2 unit jembatan gantung, dan 1 unit jembatan rangka kayu ulin.
Permasalahan yang kerap terjadi adalah keterbatasan akses layanan transportasi. Mengingat moda trasportasi darat dan udara tidak bisa berjalan maksimal. Praktis hanya mengandalkan transportasi sungai. “Itupun sangat tergantung pada kondisi alam, musim kemarau kekurangan pasokan air sungai, musim hujan menimbullan banjir besar. Belum lagi melewati beberapa riam yang cukup rawan kecelakaan perairan melalui sungai,” papar Djoko.
Implikasinya kemudian, kilah Djoko, berdampak pada mahalnya biaya transportasi, dan diikuti kenaikan hargan barang dan jasa di daerah pedalaman. Hal itu mengingat ongkos transportasi untuk moda sungai atau perairan (speedboat, longboat, kapal ketinting) relatif lebih mahal dibandingkan menggunakan transportasi darat.
“Operasional menggunakan BBM untuk moda air lebih mahal dari transportasi darat. Harga semen bisa mencapai Rp500 ribu per zak,” kilah Djoko.
Kondisi tersebut, berdampak pula pada ekonomi biaya tinggi karena angkutan sembako dan lain-lain masih memanfaatkan transportasi sungai. Harga-harga kebutuhan bahan pokok relatif lebih mahal dikarenakan biaya angkut yang cukup jauh dari Samarinda.
“Perjalanan dari Samarinda ke Kab. Mahakam Ulu membutuhkan waktu sekitar 36 jam. Harus menginap semalam di atas kapal. Dan biayanya mahal pula,” papar Djoko.
Ada Harapan ?
Seandainya jalan darat sudah terhubung bagus, perjalanan dapat ditempuh kurang 10 jam. Apabila akses jalan dari Batas Kab. Kutai Barat ke Ujoh Bilang (Kab. Mahakam Ulu) 147 kilometer sudah memadai atau sudah di aspal akan di bangun terminal-terminal dan sosialisasi keselamatan lalu lintas baik darat maupun sungai.
“Tahap berikutnya, nantinya juga dapat dioperasikan bus perintis trayek Melak - Sendawar (Kab. Kutai Barat) - Ujoh Bilang (Kab. Mahakam Ulu),” sebut Djoko.
Sementara, pembangunan bandara di Ujoh Bilang dipercepat untuk mempersingkat waktu perjalanan. Konsep wisata khusus perlu dirancang di Kab. Mahakam Ulu dalam upaya untuk melepas status keterisolasian. “Dan mendirikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dengan Malaysia akan membantu memantau mobilitas penduduk dan barang. Juga bisa meningkatkan perkeonomian warga setempat,” terang Djoko.
Kekayaan akan keindahan alam dan lingkungan menjadi potensi yang sangat besar untuk dikelola sebagai sumber ekonomi dan pemanfaatan jasa lingkungan. “Nilai-nilai kearifan budaya tradisional dan kehidupan masyarakat yang masih amat kental dengan pelestarian alam dan lingkungan menjadi keunggulan Kab. Mahakan Ulu,” urai Djoko.
Oleh karena itu, usul Djoko, Pemerintah hendaknya tidak hanya fokus membangun transportasi di IKN Baru, tetapi berilah perhatian yang sama terhadap pembanguan transportasi di Kab. Mahakam Ulu yang akan menjadi salah satu wilayah pendukung IKN Baru untuk menjaga kelestarian lingkungan.(helmi)