Inilah Alasan BTN Syariah Melakukan Spin Off Menjadi Bank Umum Syariah
Minggu, 25 Mei 2025, 07:02 WIB
BISNISNEWS.id - Empat alasan kuat yang dilakukan BTN Syariah melakukan spin-off dari Bank Syariah menjadi Bank Umum Syariah (BUS, sehingga hasilnya dapat dinilai positif dalam industri perbankan syariah di Indonesia.
Empat alasan itu ialah, kinerja positif yang konsisten, potensi pasar yang strategis, serta pengakuan dari berbagai pihak, baik domestik maupun internasional.
BTN Syariah yang kini tengah berharap restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melanjutkan proses spin-off tersebut, dipandang telah menunjukkan komitmennya menjadi pemain terbaik di industri perbankan syariah di Indonesia.
Adapun, Unit Usaha Syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk tersebut terus menorehkan kinerja positif.
Laba bersih BTN Syariah mencatatkan Compound Annual Growth Rate (CAGR) yang melesat di level 67,66 persen, tumbuh dari Rp185 miliar pada 2021 menjadi Rp872 miliar di akhir 2024.
Pembiayaan yang disalurkan juga tumbuh dengan CAGR di level 16,8 persen atau naik dari Rp27,5 triliun pada 2021 menjadi Rp43,9 triliun pada Desember 2024.
Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatatkan CAGR sebesar 19 persen, meningkat dari Rp29,4 triliun pada 2021 menjadi Rp49,6 triliun di Desember 2024.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menilai kehadiran pemain baru di industri perbankan syariah akan menjadi angin segar bagi sektor tersebut.
“Pemain baru harus menunjukkan kinerja yang kuat dan solid, sehingga warna baru yang diberikan akan membuat industri perbankan syariah tumbuh positif. BTN Syariah telah menunjukkan kinerja positif dan memiliki potensi pasar yang besar,” ujar Sutan di Jakarta, Sabtu (24/5/2025).
Kinerja positif BTN Syariah juga terus berlanjut pada 2025. Pada kuartal I 2025, BTN Syariah mencatat laba bersih sebesar Rp199 miliar, meningkat 21,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding periode sama tahun lalu, didorong oleh pertumbuhan pembiayaan yang sehat dan kepercayaan nasabah yang terus meningkat. Hingga Maret 2025, total pembiayaan BTN Syariah juga naik 18,2 persen yoy mencapai Rp46,3 triliun. Sementara, DPK bertumbuh sebesar 19,9 persen yoy menjadi Rp51,4 triliun, menunjukkan kepercayaan publik yang solid terhadap layanan syariah BTN.
“Spin-off ini bukan sekadar pemisahan legalistik, tetapi transformasi strategis menuju bank syariah nasional yang fokus, inklusif, dan berdampak. Dengan basis pembiayaan perumahan yang kuat, didukung infrastruktur dan tim yang siap, serta potensi pasar halal yang besar, saya lihat BTN Syariah siap mengambil peran sentral dalam industri BUS di Indonesia,” lanjut Sutan.
Sutan menilai BTN Syariah juga memiliki posisi unik sebagai bank dengan spesialisasi di pembiayaan perumahan syariah. Spesialisasi tersebut merupakan segmen yang secara sosial dan ekonomi sangat dibutuhkan, namun belum banyak dijangkau secara mendalam oleh pelaku BUS lainnya. Posisi unik ini juga menjadi kekuatan BTN untuk mendukung program perumahan nasional milik Presiden Prabowo Subianto.
Di sisi lain, BTN Syariah juga tengah mengembangkan bisnis digitalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perbankan digital syariah di Indonesia.
“Saat ini, Indonesia butuh keberagaman layanan perbankan syariah yang nyaman dan aman bagi masyarakat Indonesia,” tutur Emir.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan ada dua bank syariah baru yang akan memiliki aset yang cukup besar. Dalam jangka menengah, pemain baru tersebut dapat tumbuh besar dan bersaing dengan bank syariah terbesar di Indonesia.
“Tapi kita harapkan bisa cepat dan kita terus finalisasi (spin-off BUS). Mudah-mudahan satu bank selesai dalam waktu dekat,” ujar Mahendra. (Hedi)