Inovasi Teknologi dan Kopetensi SDM
Sabtu, 22 April 2017, 22:54 WIBBisnisnews.id-Inovasi Teknologi menjadi kunci untuk menciptakan SDM yang memiliki kopetensi dalam mewujudkan lapangan kerja dan mendorong daya saing dalam kancah nasional dan internasional.
Ungkapan itu tertuang dalam seminar Multidisiplin Ilmu (SENMI) yang digelar Universitas Budi Luhur, Sabtu (22/4/2017), yang mengusung tema 'Inovasi Teknologi dan Kewirausahaan dalam Memperkuat Daya Saing Bangsa'.
Seminar yang ke delapan kalinya ini menghadirkan dua pembicara. Yaitu, Harryadin Mahardika ,MM,Ph.D Direktur Program MM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Dr. Yan Rianto, M.Eng Direktur Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pembukaan disampaikan oleh Prof Dr. Ocky Karna Radjasa, MSc. Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Rektor Universitas Budi Luhur Prof. Didik Sulistyanto, menjelaskan, salah satu elemen penilaian untuk akreditasi Perguruan Tinggi ditentukan oleh kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Menurutnya sebagai rektor Universitas Budi Luhur, dia mengaku punya kewajiban menjadikan universitas yabg dipimpinnya lebih unggul. Tentu dengan standard mutu tertinggi dalam akreditasi lembaga serta ranking pendidikan tinggi nasional dan dunia.
"Untuk mencapai itu, saya tidak bisa berdiri sendiri. Namun, juga harus melibatkan Civitas Akademika, baik mahasiswa, karyawan, dan dosen,"jelasnya.
Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, MSc mengatakan, tahun 2017 ini, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp1,4 triliun.
Anggaran itu dialokasikan untuk biaya riset dan penelitian. Walau diakui angka yang tercatat tak begitu tinggi dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Meskipun rendah, namun itu sudah jauh lebih baik dengan komposisi 0,2 persen per GDP.
Sementara itu, Thailand dana riset per GDP mencapai 4,2 persen, Singapura mencapai 2,7 persen dan Malaysia mencapai 1,2 persen.
"Tentu saja, dana penelitian dan riset sangat mempengaruhi inovasi dan kemampuan daya saing yang dihasilkan," jelasnya.
Dia menyebutkan, saat in, baru ada dua kampus di Indonesia yang masuk peringkat 500 di dunia, yakni Universitas Indonesia dan ITB. Target kami, tahun 2017, kami harapkan ada tiga kampus yang masuk.(iqbal/Syam S)