INSA Harapkan Terciptanya Stabilitas Keamanan Kawasan
Jumat, 24 Juni 2016, 22:06 WIBBisnisnews.id---Indonesian National Shipowners’Association (INSA) mengharapkan stabilitas keamanan kawasan pelayaran antar negara ASEAN terjamin, menyusul kian tingginya tingkat kejahatan, berupa aksi penyanderaan .
Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengaku prihatin atas dugaan penyanderaan 7 warga negara Indonesia (WNI) anak buah kapal tug boat Charles 001 dan Tongkang Robby 152 oleh kelompok Abu Syayaf.
Aksi penyanderaan terhadap ABK Indonesia, kata Carmelita, harus menjadi perhatian serius pemerintah, sehingga aksi serupa tidak terjadi lagi. Gangguan perompakan seperti itu akan berdampak buruk terhadap perekonomian kawasan dan wajib diperangi untuk mewujudkan stabilitas keamanan.
Carmelita juga mengharapkan pertemuan trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina bersama negara Jepang pada Mei lalu yang menghasilkan deklarasi peningkatan kerja sama join forces untuk mewujudkan stabilitas keamanan di perbatasan ketiga negara dapat menjawab tantangan keamanan kawasan yang dihadapi saat ini.
"Kami berharap melalui deklarasi ketiga negara tersebut dapat segera memberikan dampak terhadap keamanan di ketiga kawasan negara," kata Carmelita, Jumat (24/6) menyikapi terulangnya kasus penyanderaan ABK merah putih.
Pada sisi lain, INSA sangat mengapresiasi reaksi cepat Kementerian Perhubungan dengan mengeluarkan maklumat pelayaran berisi larangan keras terkait Persetujuan Berlayar (SPB) bagi kapal-kapal berbendera Indonesia yang akan berlayar menuju selat Zulu, Philipine dan sekitarnya yang termasuk daerah rawan perompakan. Penyanderaan 7 ABK dari kapal Tugboat Charles 001 dan Tongkang Robby 152 merupakan pengecualian karena 6 ABK lainnya dibebaskan dan dapat membawa kembali Tug boat dan Tongkang beserta muatannya kembali ke Samarinda. Mengingat persoalan pembajakan adalah persoalan yang serius, Carmelita meminta agar perusahaan pelayaran mematuhi maklumat tersebut dan bila tetap memiliki kewajiban membawa muatan melewati daerah tersebut, ABK diwajibkan melakukan pelayaran secara konvoi, meningkatan kewaspadaan saat mengoperasikan kapal di wilayah yang dinyatakan berbahaya dengan melakukan double watch atau muka–belakang dan jika perlu menggunakan arm guard atau meminta bantuan pengawalan khusus.
"Kami meminta seluruh pelayaran bersikap ekstra hati-hati terhadap insiden seperti ini," katanya.
Sekretaris Umum INSA Budhi Halim meminta agar pelayaran meningkatkan kewaspadaan dengan tetap memantau dan melakukan penjagaan muka dan belakang kapal selama pelayaran dan segera melaporkan kepada sea and coast guard terdekat untuk meminta bantuan jika ada tanda- tanda akan mengalami gangguan.
" Kami juga mengharapkan agar 7 ABK Indonesia dapat segera dibebaskan". Jelasnya.