INSA Minta Manajemen JICT Memberikan Kompensasi
Kamis, 11 Januari 2018, 15:38 WIBBisnisnews.id - Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengaku prihatin, atas keterlambatan pelayanan bongkar muat di PT.Jakarta International Container Terminal (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok.
Keterlambatan itu megakibatkan kerugian cukup besar bagi perusahaan pelayaran dan pegguna jasa terkait . Karena itu INSA meminta manajemen JICT memberikan kompensasi akibat kerugian tersebut.
Dalam beberapa hari belakangan ini, pelayanan kapal di JICT megalami keterlambatan hinga 44 jam. Akibatnya, perusahaan pelayaran dan pengguna jasa terkait lainnya menanggung kerugian yang tidak sedikit.
"Semestinya ada kompensasi yang sesuai untuk perusahaan pelayaran yang alami kerugian akibat lambannya kinerja JICT," katanya.
Pelambatan kinerja ini, ungkap Carmelita, membuat pelayaran internasional memberikan catatan minus bagi kinerja JICT. Bahkan, jika lambannya produktifitas JICT terjadi berlarut-larut tentunya akan berdampak besar pada kelancaran rantai pasok.
Penyebab utama keterlambatan produktifitas di JICT adalah, dilakukannya peralihan tenaga outsourcing operator peralatan bongkar muat jenis Rubber Tyred Gantry Crane (RTGCC) dari PT. Emco Logistic menjadi PT. Multi Tally Indonesia (MTI).
Menurut Carmelita, sebelum dilakukan peralihan operator alat berat, JICT semestinya melakukan persiapan matang baik dari sisi SDM bongkar muat yang mumpuni, maupun persiapan teknis lainnya.
Persiapan itu misalnya, pengalihan operator alat bongkar muat kepada operator baru dilakukan bertahap dan melibatkan operator dengan SDM yang berpengalaman.
Carmelita yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan juga mempertanyakan peralihan operator bongkar muat di JICT yang dilakukan pada saat hari kerja atau pada saat arus barang cukup tinggi.
Jika peralihan operator di JICT dilakukan secara bertahap dengan SDM berpengalaman dan dilakukan pada saat arus barang tidak terlalu tinggi, tentunya keterlambatan pelayanan di JICT akan dapat dihindari.
Carmelita mengharapkan, perbaikan produktifitas di JICT dapat dilakukan secepatnya untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. Perbaikan produktifitas juga perlu secepatnya dilakukan di JICT, mengingat PT Indonesia Port Corporation (IPC) selaku operator Pelabuhan Tanjung Priok dan Kementerian Perhubungan tengah berupaya mendatangkan pelayaran internasional untuk melakukan pelayaran melalui Tanjung Priok.
"Mata dunia pelayaran internasional akan memandang buruk jika kinerja JICT tidak segera diperbaiki. Akibatnya, rencana mendatangkan kapal-kapal besar dari pelayaran internasional oleh IPC dan Kemenhub untuk merapat di Pelabuhan Tanjung Priok akan sulit,"jelasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Arif Toha menepis tudingan terjadinya keterlambata higga 44 jam.
Ditegaskan aktivitas pelayanan normal dan tidak mengganggu arus barang. Kendati diakui, ada kesibukan akibat proses peralihan tenaga outsourcing operator alat bongkar muat jenis Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC) di terminal JICT dari sebelumnya dipegang PT. Empco Logistic menjadi PT. Multi Tally Indonesia (MTI).
"Saya memastikan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok tetap berjalan dengan baik meskipun di manajemen JICT sedang terjadi peralihan tenaga outsourcing operator alat bongkar muat jenis Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC) di terminal JICT dari sebelumnya dipegang oleh PT. Empco Logistic menjadi PT. Multi Tally Indonesia (MTI)," jelas Arif.
Menurutnya, peralihan tenaga outsourcing operator disebabkan masa kontrak PT. Empco Logistic dengan JICT telah habis di Desember 2017 sehingga manajemen JICT membuka tender yang dimenangkan PT.MTI.
"Proses tendernya berjalan lancar dan transparan yang menunjuk PT. MTI sebagai pemenang. Ini murni Business to Business dan Pemerintah tidak mencampuri urusan internal JICT," ujar Arif. (Syam S)