Investor Saham di Bali Semakin Bergairah
Kamis, 26 Juli 2018, 07:05 WIBBisnisnews.id - Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar, Bali, Agus Andiyasa mengaku sangat optimistis menghadapi pertumbuhan pasar. Investor saham di Pulau Dewata itu semakin bergairah setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen.
Selain itu, ungkap Agus kesdaran masyarakat terhadap investasi pasar modal semakin tinggi, sehingfa peluang pertumbuhan juga menjadi besar.
Sejak akhir Juni bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan "BI seven days reverse repo rate" sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen, sehingga berdampak pada jumlah investor pasar modal di Bali yang terus tumbuh.
Hingga Juni 2018, jumlah investor berdasarkan rekening efek yang digunakan untuk menyimpan portofolio efek atas nama nasabah (SRE) mencapai 14.910 orang atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12.463 investor.
Sedangkan jumlah investor berdasarkan nomor tunggal identitas investor pasar modal atau SID juga meningkat mencapai 12.582 investor atau meningkat dibandingkan Juni 2017 yang mencapai 10.729 orang.
Agus optimistis jumlah investor akan semakin tumbuh hingga akhir tahun ini seiring dengan sosialisasi yang semakin gencar dilakukan hingga menyasar perguruan tinggi.
Saat ini pihaknya telah menggandeng sebanyak delapan perguruan tinggi di Bali untuk bekerja sama mendirikan galeri investasi untuk semakin mendekatkan diri dengan generasi muda terkait investasi pasar modal.
Apalagi saat ini, lanjut dia, investor pasar modal sudah semakin dimudahkan yakni hanya dengan modal Rp100 ribu sudah bisa membeli saham suatu perusahaan yang melantai di bursa saham.
Ia mengakui kenaikan suku bunga acuan itu akan menjadi beban bagi sebagian emiten atau perusahaan yang melantai di bursa khususnya perusahaan yang sebagian besar bahan bakunya impor dan kewajiban pembayaran utangnya menggunakan dolar.
Meski demikian, lanjut dia, lantai bursa memiliki 594 perusahaan atau emiten sehingga investor memiliki peluang besar mencermati sejumlah perusahaan lain yang memiliki kinerja positif.
"Jadi banyak pilihan investor untuk membeli perusahaan yang tidak terlalu berdampak terhadap kenaikan suku bunga," katanya (Antaranews/Ismadi)