KAI dan DJKA Uji Coba Sistem Panic Button di Perlintasan Sebidang
Rabu, 16 Juli 2025, 16:44 WIB
BISNISNEWS.id - Hindari kecelakaandan tingkatkan keselamatan, perlintasan sebidang di Jalan Madukoro (JPL Nomor 6), Semarang kini menggunakan sistem panic button.
Sistem panic button terdiri dari tiga komponen utama yaitu tombol darurat, panel kontrol, serta lampu dan sirine peringatan.
Tombol ini berada di pos penjaga perlintasan dan terkoneksi langsung dengan sistem peringatan visual dan audio yang dipasang sejauh 1 kilometer ke kiri dan kanan perlintasan.
Sistem panic button yang telah diujicoba hati ini , $abu (16/7/2025) tersebut merupakan hasil kolaborasi PT. Kereta Api Indonesia (persero), Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan Kota Semarang,.
Inisiatif ini hadir sebagai respons terhadap tingginya potensi kecelakaan di perlintasan sebidang yang masih menjadi titik rawan, terutama di wilayah perkotaan dengan lalu lintas padat seperti Semarang.
Seiring meningkatnya kecepatan kereta api yang kini bisa mencapai 120 km/jam sistem keselamatan tambahan menjadi semakin krusial.
Dalam kondisi normal, lampu indikator tetap padam yang berarti lintasan aman dilalui. Tapi jika tombol darurat ditekan, misalnya karena ada kendaraan mogok atau rintangan lain di jalur, maka lampu merah mulai berkedip disertai bunyi sirine. Ini menjadi sinyal kuat bagi masinis bahwa kondisi tidak aman dan perlu dilakukan pengereman darurat.
Rancang bangun sistem ini juga memperhitungkan jarak pengereman optimal, sehingga masinis memiliki waktu yang cukup untuk menghentikan kereta secara aman dan tepat waktu.
Vice President Public Relations KAI Anne Purba mengatakan bahwa teknologi ini merupakan bagian dari strategi besar KAI dalam memodernisasi sistem keselamatan.
“Lewat sistem panic button, KAI ingin menghadirkan solusi praktis dan terukur dalam mencegah kecelakaan. Ini jadi langkah nyata kami untuk menghadirkan perjalanan yang makin aman, selamat dan andal,” ujar Anne.
Lebih dari sekadar alat bantu teknis, kehadiran sistem ini menunjukkan bagaimana teknologi bisa memperkuat peran petugas jaga perlintasan dalam merespons situasi darurat secara cepat dan tepat.
Semarang menjadi kota uji coba karena mewakili kompleksitas lalu lintas perkotaan yang padat, dinamis, dan penuh interaksi antara moda transportasi. Dengan frekuensi perjalanan KA yang terus meningkat, sistem panic button diharapkan menjadi standar baru yang bisa direplikasi di perlintasan-perlintasan lain yang berisiko tinggi.
KAI juga aktif menggandeng instansi pemerintah dan masyarakat untuk terus mengedukasi pentingnya disiplin berlalu lintas di perlintasan sebidang. Kampanye keselamatan secara daring maupun luring terus digencarkan agar kesadaran publik semakin meningkat. (Syam)