Kesenjangan Ekonomi, Daya Tarik Indonesia Alami Penurunan Signifikan
Kamis, 01 Juni 2017, 14:20 WIBBisnisnews.id - Ekonomi kompetitif di Indonesia jatuh sejauh 6 peringkat menjadi ranking ke-48 di 2016, dari sebelumnya urutan ke-42 di 2015. Sedangkan Amerika Serikat turun dua peringkat dengan Hong Kong di urutan pertama dan Swiss kedua, menurut IMD World Competitiveness Center.
Pusat Riset Daya Saing Dunia IMD ini telah memeringkat sejak tahun 1989 dan secara luas dianggap sebagai penilaian utama atas daya saing negara-negara.
Terlepas dari Hong Kong dan Singapura yang masuk peringkat 10 besar, namun penelitian tersebut menunjukkan bahwa daya saing Asia telah menurun secara mencolok sejak publikasi tahun lalu.
Taiwan, Malaysia, Republik Korea, dan Indonesia, semuanya mengalami penurunan yang signifikan dari posisi di 2015, sementara China Daratan hanya berhasil mempertahankan posisinya di 25 besar.
Kekuatan ekonomi AS tidak lagi cukup untuk mempertahankannya di puncak Ranking Daya Saing Dunia yang telah dipertahankannya selama tiga tahun terakhir.
Laporan tahunan 2016 menempatkan Hong Kong pertama, Swiss berada di urutan kedua dan ketiga AS, dengan Singapura, Swedia, Denmark, Irlandia, Belanda, Norwegia dan Kanada di 10 besar.
Profesor Arturo Bris, Direktur Riset Pusat Daya Saing Dunia IMD, mengatakan bahwa komitmen yang konsisten terhadap lingkungan bisnis yang menguntungkan adalah alasan Hong Kong naik peringkat dan ukuran Swiss yang kecil dan komitmennya terhadap kualitas memungkinkannya mempertahankan peringkat ekonomi.
"Amerika Serikat masih menawarkan kinerja ekonomi terbaik di dunia, namun ada banyak faktor lain yang kami pertimbangkan saat menilai daya saing," katanya.
"Pola umum antara semua negara di 20 besar adalah fokus mereka pada regulasi yang ramah bisnis, infrastruktur fisik dan non fisik serta institusi inklusif."
Pusat perbankan dan keuangan terkemuka di Hong Kong mendorong inovasi melalui pajak rendah dan sederhana serta tidak memberlakukan pembatasan arus modal masuk atau keluar dari wilayah tersebut. Mereka menawarkan investasi langsung asing di China Daratan dan memungkinkan bisnis di sana untuk mengakses pasar modal global.
Studi tersebut juga mengungkapkan beberapa langkah paling mengesankan di Eropa telah dilakukan oleh negara-negara di Timur, termasuk Latvia, Republik Slovakia dan Slovenia.
Ekonomi Eropa Barat juga terus membaik, dengan para periset menyoroti pemulihan pasca krisis finansial yang sedang berlangsung dari sektor publik sebagai pendorong utama.
Masing-masing peringkat didasarkan pada analisis lebih dari 340 kriteria yang berasal dari empat faktor utama: kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi usaha dan infrastruktur.
Survei dilakukan terhadap lebih dari 5.400 eksekutif bisnis, yang diminta untuk menilai situasi di negara mereka sendiri.
Profesor Bris mengatakan, "Satu fakta penting tentang pemeringkatan dari tahun ke tahun adalah bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini sama sekali bukanlah jaminan daya saing masa depan."
"Misalnya China Daratan dan Qatar, berpacu dengan baik dalam hal kinerja ekonomi, namun mereka tetap lemah di pilar lain seperti efisiensi dan infrastruktur pemerintah."
Data yang dikumpulkan sejak pemeringkatan diterbitkan lebih dari 25 tahun yang lalu, juga memberi bobot pada ketakutan bahwa orang kaya semakin kaya dan orang miskin miskin, kata Profesor Bris.
"Sejak 1995 dunia semakin tidak seimbang dalam hal perbedaan pendapatan antar negara, meski tingkat kenaikannya kini melambat," katanya.
"Kekayaan negara terkaya telah tumbuh setiap tahun kecuali dua yang terakhir, sementara negara-negara miskin telah mengalami beberapa perbaikan dalam kondisi kehidupan sejak milenium."
"Sayangnya, masalah di banyak negara adalah akumulasi kekayaan oleh orang kaya tidak menghasilkan keuntungan bagi orang miskin, tanpa adanya jaring pengaman sosial yang tepat."
"Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh inovasi di negara-negara miskin meningkatkan daya saing, namun juga meningkatkan ketidaksetaraan. Ini jelas merupakan masalah yang menuntut perhatian jangka panjang." Bris mengakhiri penjelasan. (marloft)