Kinerja Garuda Merosot, Berikut Penjelasan APG dan Sekarga
Selasa, 23 Januari 2018, 14:59 WIBBisnisnews.id - Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) dan Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) khawatir, memburuknya kinerja perseroan akan mengikuti jejak Merpati.
Citra perusahaan semakin merosot dengan seringnya keterlambatan penerbangan. Terutama setelah sistem rotasi pilot diganti. Sejumlah fasilitas layanan juga berkurang, seperti executive lounge di dua bandara internasinal yaitu Bali dan Jakarta.
Utang tidak pernah menurun, harga saham terjun bebas hingga 58 persen atau hanya Rp. 314. Layanan dalam pesawat juga ikut terpangkas, namun sangat disayangkan, tetap tidak bisa menggenjot kinerja.
Sejumlah langkah yang dilakukan manajemen, hanya membuat perseroan memburuk. Garuda sebagai airlines bintang lima, hanya tinggal slogan.
Ketua APG Bintang Hardiono bersama Ketua Sekarga Ahmad Irfan menegaskan, salah satu keterpurukan kinerja layanan ialah, terjadinya delay selama dua hari (2 - 4 Desember 2017) diikuti penurunan lanjutan yang sangat merugikan para penumpang.
Penyebab utamanya adalah pergantian sistem rotasi pilot yang berdampak buruk. "Direksi yang membuat kebijakan, vendor diganti, sistem belum siap, kami yang kena getahnya," kata Bintang kepada para awak media Selasa (23/1/2018) di Cikini Jakarta.
APG maupun Sekarga menilai, ada enam pembenahan besar-besaran yang dilakukan direksi yang membuat perseroan semakin terpuruk. Meliputi program efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan cenderung sangat
sporadis dan yang terjadi adalah cutting cost sehingga menganggu kegiatan operasional.
Penambahan armada tidak diikuti dengan kemampuan manajemen? untuk membuat strategi penjualan produk penumpang dan cargo, dimana peningkatan? pendapatan hanya sebesar 8,6 persen sementara peningkatan biaya sebesar 12.8 persen (Data Analyst Merting Q3 2017).
Kinerja keuangan Garuda Indonesia sampai dengan Quarter lII-2017 semakin merosot dengan kerugian 207,5 million dolar AS, diikuti merosotnya nilai saham Garuda Kode GIAA per 19 Januari 2018 per lembar hanya Rp314. mengalami penurunan sebesar 58 persen dari nilai saham pada saat IPO.
Terjadi penurunan kinerja operasional Garuda Indonesia yang berdampak pada penundaan dan pembatalan penerbangan, yang paling signifikan? terjadi pada bulan Desember pada masa puncak liburan dan kondisi ini sangat merusak citra baik perusahaan (on-time performance).
Terjadi pemborosan biaya organisasi karena membengkaknya jumlah direksi dari enam menjadi sembilan.
Penambahan direksi tersebut dinilainya tidak sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan efisiensi.
"Penambahan Direksi tersebut juga tidak diikuti dengan peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan sebelumnya," jelas Bintang.
APG maupun Sekarga menilai kondisi Hubungan Industrial saat ini tidak harmonis karena Perusahaan banyak melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja Bersama/Perjanjian Kerja Profesi yang sudah disepakati sehingga banyak menimbulkan perselisihan.(Syam S)