Kondisi SDM Dan Stunting Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kamis, 05 Desember 2019, 07:15 WIBBisnisNews.id -- Total factor productivity (TFP) sumber daya manusia (SDM) di Indonesia pada pertumbuhan ekonomi terhitung masih cukup rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, TFP di Indonesia hanya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 6 persen. Selebihnya pertumbuhan ekonomi lebih ditopang oleh faktor investasi, ekspor - impor, konsumsi rumah tangga dan lainnya.
"Dibandingkan dengan negara lainnya, kontribusi TFP terhadap pertumbuhan ekonomi masih kalah jauh. Di Korea Selatan (Korsel) kontribuai TFP ini terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 30 persen, China sebesar 45 persen, Jepang 32 persen dan di Hongkong kontribusi TFP mencapai 17 persen," kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Margo Yuwono di Jakarta.
BPS mengapresiasi gebrakan Pemerintah untuk mulai mendorong peningkatan kualitas SDM Indonesia melalui berbagai program yang dapat diimplementasikan melalui Kementerian dan Lembaga(K/L).
"Yang menjadi faktor penting dalam TFP adalah kualitas dari SDM yang masih rendah. Implikasinya produktifitas dan kualitas kerjanya rendah pula. Ke depan, pembangunan SDM harus diutamakan karena akan menjadi faktor penentu untuk meningkatkan daya saing yang bisa jadi pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi."
"Kita masih kalah dengan Korea dan negara sahabat lainnya," kata Margo dalam paparannya pada acara Pertemuan Tematik Bakohumas dengan tema Peran Sentral Bakohumas dalam Pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 di Jakarta.
Untuk mencapai tingkat kualitas SDM yang unggul, BPS mencatat banyak tantangan yang harus dihadapi pemerintah untuk dapat diselesaikan dalam jangka pendek sebelum masuk pada momentum bonus demografi pada 2030 mendatang.
Tantangan Bidang SDM
Salah satu tantangannya, menurut Margo, adalah angka stunting yang masih tinggi yaitu 27,70 persen. Kemudian gizi buruk pada balita yang mencapai 3,9 persen.
"Tantangan untuk citpakan SDM berkualitas adalah kita punya angka stunting yang tinggi, ini bisa berpengaruh pada kognitif anak lalu gizi buruk.Jadi stunting dan gizi buruk masih menghantui pada usia - usia balita kita.
Lanjut kata Margo Yuwono, adalah angka pra sekolah pada anak yang juga masih rendah yaitu sekitar 37,9 persen pada anak usia 3 - 6 tahun. Tantangan lainnya adalah pendidikan dasar belum mampu diakses oleh masyarakat secara menyeluruh.
Tingkat pendidikan SD baru mencapai 97,6 persen dan SMP 78,8 persen. Selanjutnya, tantangan lain adalah tingkat mutu pendidikan yang masih rendah sehingga output dari institusi pendidikan kerap tidak mampu bersaing di pasar kerja dan dunia global.
Parahnya lagi tingkat kemampuan yang rendah (low skilled) SDM terdapat hampir di semua sektor. "Tantangan besar itu harus bisa dibereskan untuk kita bisa jadi negara maju, PR - PR besar itu harus diselesaikan secepatnya," tegas Margo.(helmi)