Laka Maut PO Sriwijaya, KNKT: Pengemudi Tak Lakukan Prosedur Yang Benar
Rabu, 08 Januari 2020, 16:11 WIBBisnisNews.id -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menerbitkan laporan pendahuluan/ awal dalam investigasi kasus kecelakaan maut PO Sriwijaya di Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel) akhir Desember 2019 lalu. KNKT bertindak cepat melakukan investigasi, agar kasus tragis itu tidak terulang kembali di masa mendatang.
Dalam laporan yang ditandatangani Ketua KNKT Dr. Soerjanto Tjahjono itu disebutkan," pengemudi tidak menerapkan prosedur mengemudi yang benar." Dalam kecelakaan ini, 34 orang dinyatakan meninggal dunia dan lainnya luka ringan dan luka berat yang butuh penanganan ekstra.
Dikatakan, pengemudi sudah berpengalaman melalui rute tersebut, sudah lebih dari 5 (lima) tahun bekerja pada perusahaan dan melalui rute yang sama, artinya pengemudi paham dengan kondisi jalan.
Namun demikian pada saat kejadian kecelakaan, pengemudi sedang mengejar ketertinggalan waktu akibat adanya insiden yang menyita waktu perjalanan ± 3 (tiga) jam. "Saat medan di tikungan pengemudi tak bisa mengendalikan kendaraanya dan masuk ke jurang sedalam 100 meter sampai dasar sungai," kata Soerjanto.
Pihak KNKT langsung menurunkan tim investigator yang dipimpin Ahmad Wildan ke tempat kejadian. Bukan hanya itu, KNKT bersama Direktur Angkutan Jalan Hubdat Ahmad Yani melakukan cross check ke pool PO Sriwijaya di Bengkulu. Tim KNKT juga sempat wawancara dengan personel yang ada terutama pengemudi paling senior di PO tersebut.
Saat memasuki ruas jalan dengan topografi menurun dan berkelok, kata Soerjanto, pengemudi tetap menggunakan gigi persnelling tinggi dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan rem utama (service brake) bekerja maksimal tanpa dukungan dari engine brake. Apalagi kendaraan tersebut sudah tidak dilengkapi dengan exhaust brake dan hand brake.
Fakta yang ditemukan di lapangan, menurut Soerjanto, penggunaan gigi persnelling tinggi pada jalan menurun dan berkelok, akan menimbulkan resiko overheat pada ruang tromol yang pada puncaknya akan menyebabkan koefisien gesek kampas menjadi nol fenomena ini disebut dengan brake fading.
Fenomena Brake Fanding
Temuan pada kendaraan menunjukkan adanya fenomena brake fading pada kasus ini yaitu : posisi gigi netral (pengemudi mencoba memindahkan gigi dari gigi tinggi ke gigi rendah namun gagal), tromol yang mengalami perubahan bentuk (ovality) dan tidak rata, permukaan kampas yang tidak rata yang kesemuanya merupakan dampak dari overheat pada ruang tromol;
Menurut Soerjanto, hasil investigasi KNKT terhadap pengemudi bus PO Sriwijaya yang paling senior dan berpengalaman menunjukkan, pada saat melalui jalan menurun dan berkelok menggunakan gigi persenelling rendah namun hanya merupakan insting saja. Dia tidak memahami apa dampaknya jika tetap menggunakan gigi persnelling tinggi.
Analogi dari sampel tersebut, sebut Soerjanto, menunjukkan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan dalam kondisi normal juga menggunakan gigi persnelling rendah sesuai dengan kebiasaan dan “insting” tanpa dilandasi dengan dasar keilmuan yang memadai.
"Dan pada saat sedang memacu kendaraan untuk mengejar ketertinggalan waktu, pengemudi melanggar “insting” dan kebiasaannya tanpa mengetahui resiko yang akan muncul," tandas Soerjanto.(helmi)